Cicit Raja Gowa Datariansyah Indra Cocok Dampingi Aura
axel wiryanto
Senin, 25 Maret 2024 21:26 pm
dibaca 31 kali

GOWA, BKM–Kontestasi pemilihan bupati (Pilbup) Gowa akan menjadi pertarungan antara politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Dr Amir Uskara (Aura) dengan politisi Partai Gerindra Darmawansyah Muin.
Kedua figur ini paling siap bertarung. Hal tersebut di sampaikan Direktur Eksekutif PT Indeks Politica Indonesia (PT IPI) Suwadi Idris Amir kepada awak media.

Menurut Suwadi, Aura dan Darmawansyah Muin diuntungkan karena punya kendaraan partai politik (Parpol) yang ready.
Amir Uskara dengan modal 12 kursi PPP ditambah kesiapan cost politik membuat nya paling siap menatap Pilbup Gowa, apalagi saat ini unggul elektabilitas dengan 38,5 persen sebagaimana yang dirilis oleh PT IPI.
Begitupun Darmawansyah Muin pun siap Parpol, cost politik, dan juga punya modal elektabilitas 18,6 persen dari hasil survei PT IPI.
Adapun politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Abd Rauf Malagani Krg Kio harus bekerja keras guna meyakinkan Parpol. Dan juga elektabilitas masih diangka 12,3 persen.
Tak hanya Krg Kio, namun politisi Partai Amanat Nasional (PAN) Husniah Talenrang pun harus kerja keras bersaing di posisi calon bupati. Walaupun punya partai dan cost politik.
Menurut Suwadi, Amir Uskara sebaiknya menggandeng wakil dari rumpun keluarga kerajaan gowa, dimana figur yang disiapkan rumpun kerajaan adalah Muhammad Datariansyah Indra Cicit Raja Gowa yang juga kader PKB. “Karna pengaruh rumpun kerajaan Gowa – Tallo masih kuat jika mendorong figur di pisisi calon wakil bupati, dan Indra didukung rumpun Kerajaan Gowa – Tallo maju di Pilkada Gowa,”papar Suwadi. (rif)

Dailog Trah GTS Tak Punya Kaitan Dengan Pilkada

RUMPUN Kerajaan Gowa -Tallo termasuk Sanrobone tetap dekat. Sebuah lembaga bernama Trah Gowa Tallo Sanrobone (GTS) telah menggelar dialog sejarah dan kebudayaan dirangkaikan buka puasa bersama di Hotel Jolin Makassar, Sabtu (23/3).
Hadir Ketua Umum Trah TGS, Suwadi Idris Amir, PYM La Tenri Sessu Dg. Mattawang, Karaeng Segeri. Tumabbicara Butta ri Gowa.
PYM Dr Ali Mallombassi Dg Nyengka, Karaeng Sanrobone, Karaeng Bontobila. YM Andi Patarai Dg. Tulolo Karaeng Pabbundukang.
Kemudian YM Andi Bau Usdi Datu Appo Mappanyukki, YM Andi Idris Dg. Buang, Karaeng Beroanging, YM Syamsuddin ZA Karaeng Ra’ga, Karaeng Pangkajene, serta YM Hamzahari Achmad Karaeng Nyau.
YM Karaeng Ngemba, YM Faizal Karaeng Muang, YM Muhammad Yassir Karaeng Cini, Mba Juju Mokkinga Ri Sanrobone, serta para bangsawan Gowa Tallo Sanrobone.

Juga hadir pemerhati sejarah dan budaya dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Dr Supratman dan Dr Baharuddin Hafid sebagai pemandu dialog yang mengangkat tema ‘Bedah Hubungan Kekerabatan Kerajaan Sanrobone dan Kesultanan Gowa Tallo’.
Ketua Umum Trah GTS Suwadi Idris Amir menegaskan silaturahmi ini bisa selalu terjaga di antara rumpun dan para pemerhati adat dan kebudayaan.

“Kegiatan ini tidak ada kaitannya dengan Pilgub Sulsel atau Pilkada Gowa. Saya kira adat dan kebudayaan ini bisa lestari dari semangat kita menjaganya. Karena kalau bukan kita, siapa lagi,” terangnya.
Suwadi menyampaikan kepada seluruh keluarga atau Trah Gowa Tallo Sandrobone agar bersyukur menjadi bagian dari trah ini. “Mungkin saja yang lain tidak memiliki rumpun-rumpun seperti ini,” katanya.
Direktur PT Indeks Politica Indonesia (IPI), ini pun menyampaikan bahwa lembaga Trah GTS sudah berusia satu tahun dengan pelbagai kegiatan yang telah dilaksanakan.

Sementara itu, YM Andi Bau Usdi Datu Appo Mappanyukki menegaskan bahwa melalui dialog ini bisa diketahui sejauh mana sebenarnya hubungan kerajaan Gowa Tallo dengan kerajaan Sandrobone.
“Kita tentu harus bisa bersatu dan dimulai dari sini,” katanya saat membuka dialog.
Puang Bau– sapaan akrabnya menuturkan trah ini terbentuk dari ide dan semangat yang sama dalam mencoba melacak catatan sejarah yang hilang. “Tidak ada yang mau mencoba menjadi raja dari terbentuknya lembaga trah ini. Tidak ada itu,” tegasnya.
“Bicara sejarah tentu kita bicara data otentik. Inilah yang kami mau melacak dan menyatukan catatan sejarah yang hilang sehingga kita punya literatur. Catatan sejarah ini banyak tersebar di luar negeri,” lanjutnya.
Adapun YM Hamzahari Achmad Karaeng Nyau mengatakan trah ini tidak terlepas dari hubungan kekerabatan dan hubungan dialogis pelaku sejarah Gowa Tallo Sandrobone.
Karaeng Nyau berharap Trah GTS mengedepankan literasi ketika berbicara sejarah. Kenapa? Karena banyak yang hanya bertutur tanpa data. “Makanya, kenapa ada pertengkaran dilihat di media sosial karena berbicara dengan kurangnya data,” katanya. .(rif)

source