Cegah Perundungan Sejak Dini
axel wiryanto
Senin, 22 April 2024 17:36 pm
dibaca 24 kali

PERILAKU bullying (perundungan) sangat marak terjadi akhir-akhir ini. Ironisnya, mayoritas pelaku dan korban masih berstatus sebagai seorang pelajar. Tindakan ini termasuk sesuatu yang sangat tidak terpuji lantaran dapat merusak mentalitas dan psikologis seseorang. Karena itu sangat penting bagi pemerintah hadir untuk mengedukasi secara intens agar praktik seperti ini dapat dicegah sejak dini.
Perundungan akan membuat orang tua sangat cemas ketika anak-anaknya sedang berada di ruang lingkup pendidikan, seiring dengan maraknya pemberitaan akan prilaku tersebut. Karena itu perlu adanya tindakan tegas terhadap pelaku bullying agar mendapatkan efek jera, sehingga para orang tua bisa dengan tenang melepas anak-anaknya ke sekolah.

Bullying adalah prilaku yang sangat tidak bermoral lantaran dapat menimbulkan kecemasan hingga depresi pada korbannya. Depresi yang disebabkan oleh tindak bullying bahkan dapat menyebabkan seseorang nekat mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.
Selain itu, dapat pula mengakibatkan gangguan pada kesehatan mental seseorang. Mereka yang menjadi korban kemudian berubah pendiam, lemas, takut saat bertemu dengan pelaku, lelah dengan perlakuan pelaku terhadap dirinya, menjadi sangat pemurung, dan juga tidak bersemangat dalam belajar. Hal itu dikarenakan korban tidak mendapatkan kedamaian di ruang lingkup pergaulannya.

Dampak bullying tak bisa dianggap remeh. Sebab, bisa menganggu kesehatan mental seseorang yang mengakibatkan korban akan kehilangan rasa percaya diri, rendah diri, stres, bahkan celaka. Hal ini memengaruhi aktivitas sehari-hari.
Seseorang yang biasa mengalami dan menjadi korban bullying bisa merasakan banyak dampak. Pelakunya tidak hanya berkaitan dengan dengan psychological distress, tapi juga dengan psychological well-being sebagai efek positif dalam diri individu.
Perilaku bullying di dunia pendidikan sangat memprihatinkan. Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) pernah mencatat bahwa sejak Januari hingga September 2023 jumlah kasus perundungan di satuan pendidikan mencapai 23 kasus. Dari angka itu, 50 persennya terjadi di jenjang SMP, 23 persen di jenjang SD, 13,5 persen di jenjang SMA, dan 13,5 persen di jenjang SMK.

Hal tentunya memerlukan perhatian khusus dari pemerintah agar ada solusi konkrit yang dapat dilakukan. Sebab dunia pendidikan adalah tempat untuk semua kalangan dan tidak boleh ada sikap diskriminatif yang dapat mengintimidasi dan membunuh karakter seseorang.
Mayoritas remaja yang melakukan bullying memiliki berbagai alasan. Beberapa diantaranya melakukan hal tersebut karena ingin merasa kuat dibandingkan yang lain, ingin merasa berkuasa dibilang dengan mendominasi atau mengintimidasi orang lain, mereka merasa lebih tinggi dalam tatanan sosial, dan remaja mencoba untuk memperoleh rasa kuasa atau perasaan superior dengan merendahkan orang lain. Ini dapat menjadi cara mereka untuk mengatasi perasaan inferioritas mereka sendiri.

Adapun hal lain yang menjadi landasan prilaku bullying adalah faktor circle. Teman sebaya juga sangat memengaruhi remaja dalam melakukan bullying. Karena tekanan dari rekan-rekannya sehingga mereka hal tersebut. Akibatnya, remaja pun ikut melakukannya karena memiliki rasa takut akan menjadi korban jika mereka tidak ikut serta dalam perilaku bullying. Apalagi mereka juga membutuhkan pengakuan sosial dari kelompok tersebut agar tidak dikeluarkan dari circlenya.
Guna menghindari praktik perundungan, perlu dilakukan edukasi di sekolah-sekolah sejak dini. Sosialisasi melibatkan melibatkan orang tua dan para guru dalam penanganan bullying agar tercipta kolaborasi yang efektif dalam penanganannya.
Saat ada kejadian yang mengarah pada perilaku bullying, guru bisa menginformasikan hal tersebut pada orang tua pelaku maupun orang tua korban. Hal ini agar orang tua juga memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan anak-anaknya terkait cara bersikap. Sebaliknya, orang tua korban dapat mengajari mereka keterampilan sehingga mereka tahu cara melakukan intervensi ketika bullying terjadi. (yus)

source