ENREKANG, BKM — Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Enrekang menggelar dialog dengan tema peningkatan literasi di Kabupaten Enrekang bersama jurnalis se Kabupaten Enrekang, baik cetak maupun, online di Aula Gedung Perpustakkan Enrekang baru-baru ini.
Kepala Dinas Perpustakaan Enrekang, Amrullah menghadirkan anggota DPR RI Komisi X Mitra Fachruddin MB dan Pj Bupati Enrekang H Baba sebagai pembicara. H Baba mengatakan pentingnya literasi untuk meningkatkan minat baca dan pengetahun masyarakat.
“Peningkatan literasi cukup baik semenjak adanya perpustakaan ini dan pegiat literasi.Pemerintah tentu sangat mendukung peningkatan literasi ini terus dijalankan,mudah-mudahan menyentuh hingga ke pelosok-pelosok nantinya,”kata H Baba.
Sementara Mitra Fachruddin menyampaikan literasi di masyarakat masih rendah tapi terdapat peningkatan dari tahun ke tahun. Sejumlah upaya terus dilakukan termasuk dukungan dari pusat di DPR RI dan Perpustakaan Nasional. Dengan literasi membaca dan menulis ini bisa menghasilkan generasi yang handal
“Literasi Enrekang sudah beberapa tahun terakhir ini dilakukan upaya, termasuk di DPR RI. Perangkat peningkatan literasi selalu kita datangkan termasuk anggaran, pembangunan kantor dinas perpustakaan yang cukup megah ini dibandingkan kantor kedinasan lainnya,”jelas anggota DPR RI ini.
Tugas kita bersama mengajak anak sekolah berkunjung ke perpustakaan ini, walaupun awalnya hanya datang saja, main-main saja, itu tidak apa, dan pada akhirnya mereka muncul keinginan untuk melihat dan membuka-buka buku, akhirnya membacanya,”kata Mitra.
Dia berharap peran media untuk menyampaikan keberadaan dan keunggulan perpustakaan ini untuk memudahkan masyarakat meningkatkan literasi.
“Kita harap media mampu menyampaikan adanya perpustakaan ini yang memiliki ribuan buku berbagai bidang ilmu untuk bisa menambah ilmu,”harapnya.
Informasi dari media sangatlah berarti dan penting. Media merupakan pahlawan penyampai kabar.Mitra bahkan menyampaikan kisah seekor burung merpati yang digunakan sebagai penyampai atau pengirim informasi di zaman penjajahan. Waktu itu Belanda heran, informasi TNI dari Lamongan ke Kota Surabaya begitu lancar. Belanda pun cari tahu.
Mengetahui informasi itu dikirim melalui burung merpati, Belanda menyiapkan penembak jitu. Singkat cerita burung ini tertembak dan terluka parah. Namun sang burung tidak menyerah dan terus berusaha bergerak hingga sampai ke markas TNI di Surabaya bersama surat yang dibawanya.
“Kisah ini memberi makna berapa pentingnya informasi itu,” tutup Mitra. (her/C)