PEMILIHAN kepala daerah merupakan salah satu ajang demokrasi yang harus dihormati dan dijaga oleh seluruh elemen masyarakat. Pesta demokrasi ini menjadi sarana untuk memilih pemimpin yang akan menuntun arah kebijakan daerah lima tahun ke depannya. Oleh karena itu penting bagi kita untuk menciptakan suasana pilkada yang damai dan bertoleransi.
Dalam upaya mewujudkan hal itu, kita harus menghargai perbedaan pilihan. Karena setiap orang memiliki hak untuk memilih pemimpin sesuai dengan hati nuraninya. Untuk itu kita harus menghormati pilihan orang lain, meski berbeda dengan pilihan kita.
Sebagai masyarakat kita juga tidak boleh terprovokasi oleh isu-isu SARA dan berita hoaks. Kedua hal itu dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Kita harus bijak dalam menyikapi informasi yang beredar di media sosial, terutama berita menjelang pilkada.
Pilkada merupakan wahana bagi warga negara untuk memberikan suara mereka dalam rangka memilih seorang pemimpin yang akan mewakili kepentingan publik dalam tingkatan pemerintahan. Oleh sebab itu semua kalangan harus memahami akan pentingnya menjaga ketertiban selama proses pemilu.
Kita juga harus menyadari bahwa semua pihak harus bekerja sama untuk mencegah potensi konflik yang dapat mengganggu pelaksanaan pemilu yang demokratis dan transparan. Pilkada merupakan pesta demokrasi milik rakyat, yang pada akhirnya semua demi kepentingan orang banyak.
Ajang pilkada juga menjadi kesempatan istimewa bagi warga bangsa dan negara Indonesia untuk mewujudkan kehidupan demokrasi yang berkualitas, sehingga hasil yang positif selama lima tahun ke depan dapat dinikmati seluruh masyarakat tanpa terkecuali.
Jumlah pemilih muda dalam ajang pilkada juga menjadi tantangan tersendiri bagi penyelenggara pilkada. Permasalahan yang ada saat ini adalah selain tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih muda terhadap politik masih dinilai rendah, juga kemungkinan dihadapkan pada potenti maraknya hoaks yang bertebaran di media sosial yang dapat merusak iklim dan tatanan demokrasi kita. Pihak penyelenggara harus mengedukasi masyarakat untuk menjadi pemilih cerdas dengan menggunakan hak pilihnya, serta beropini secara cerdas pula.
Dalam rangka menjaga kualitas demokrasi, maka kuncinya adalah perlunya edukasi yang memiliki tujuan membekali masyarakat agar tidak terjebak pada framing yang menyesatkan. Salah satu tantangan dalam mewujudkan pilkada yang damai dan bertoleransi adalah massifnya penyebaran hoaks, yang dampaknya sangat besar. Karena berita yang dikirim tanpa verifikasi bisa menjadi sumber ketidakpastian dan kebingungan dari masyarakat sipil.
Selain itu, dampak lain yang ditimbulkan dengan adanya berita hoaak akan sangat luar biasa. Antara lain berupa situasi politik yang tidak stabil serta dapat mengancam keutuhan negara. Penyebaran berita hoaks sering terjadi di media sosial dengan tujuan memengaruhi pola pikir masyarakat. (yus)