Site icon ROVINDO

Survei PKS: Appi-Indira Bersaing

MAKASSAR, BKM — Hasil survei menjadi barometer bagi kandidat wali kota dan wakil wali kota Makassar untuk maju berkontestasi di pilwali. Termasuk untuk menentukan apakah ia akan bertarung pada posisi 01 (calon wali kota) atau 02 (calon wakil wali kota).
Bacawali-bacawawali Indira Yusuf Ismail mengungkap hal itu ketika berkunjung ke Harian Berita Kota Makassar, Selasa (25/6). Dikatakan, pihaknya masih menunggu hasil survei internal guna mengetahui tingkat keterpilihan (elektabilitas) untuk dirinya. ”Kami masih menunggu hasil survei internal dalam beberapa hari ke depan,” ujarnya.

Hadir didampingi menantunya dr Udin Malik serta timnya, Indira yang juga istri Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto, belum ingin terbuka soal posisi 01 atau 02. “Kita tunggu keputusan partai politik pengusung dan hasil survei dulu,” ucapnya.
Sementara itu, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merilis hasil survei internalnya untuk bakal calon wali kota dan wakil wali kota Makassar. PKS menggandeng lembaga Smart Power Institute mengumumkan hasil surveinya di Swiss-Belinn Panakkukang, Senin sore (24/6).
Terungkap bahwa tingkat elektabilitas (keterpilihan) Munafri Arifuddin alias Appi sebesar 36,5 persen. Disusul Indira Yusuf Ismail 9,8 persen, Rusdin Abdullah (Rudal) 7,3 persen, Rudianto Lallo 5,3 persen, Aliyah Mustika Ilham 4,3 persen, Abdul Rahman Bando (ARB) 4,3 persen, Rahman Pina (RP) 4,2 persen, dan Sri Rahmi 2,8 persen.
Kemudian Ahmad Susanto 2,3 persen, Andi Seto Asapa 1,7 persen, Adi Rasyid Ali (ARA) 1,3 persen, dan Irwan Adnan 0,8 persen. Risfayanti Muin 0,7 persen, Amri Arsyid 0,5 persen, Najmuddin 0,3 persen, Imam Fauzan 0,3 persen, Busrah Abdullah 0,2 persen, Nur Kanita Maruddani 0,2 persen, Nasrun 0,2 persen, Azhar Arsyad 0,2 persen.

Sedangkan untuk tingkat popularitas (pengenalan), Appi mencapai 91,5 persen, Indira 66,7 persen, Rudal 63 persen, Aliyah 59,8 persen, Rudianto Lallo 55,2 persen, ARB 44,7 persen, RP 32,7 persen, ARA 30,5 persen.
Disusul Irwan Adnan 30,3 persen, Andi Seto Asapa 29,8 persen, Busrah Abdullah 25,8 persen, Sri Rahmi 25,2 persen, Ahmad Susanto 23,8 persen, Imam Fauzan 16,8 persen, Amri Arsyid 16,8 persen, Azhar Arsyad 13,8 persen, Najmuddin 12,7 persen, Risfayanti Muin 10,3 persen, serta Nur Kanita Maruddani 9,5 persen.
Jika dilihat matriks hasil riset internal PKS, antara popularitas serta elektabilitas Appi dan indira tidak begitu jauh dan terpaut sedikit. Sehingga dipastikan hanya Indira bisa bersaing dan menjadi lawan kuat Appi di pilwali Makassar 2024.

Sebagai bacawali, Indira mengatakan ia mengikuti semua proses partai yang telah dia daftarkan. “Kita bersyukur karena hasil survei terus meningkat dan itu menguatkan kami. Ini merupakan tahap lanjutan dari proses penjaringan calon wali kota Makassar yang akan diusung oleh PKS dalam pilwali,” ujarnya.
Indira mengungkapkan harapan-harapannya terkait kerja sama dengan PKS. Dia mengakui bahwa sejauh ini komunikasinya terjalin baik dengan jajaran pengurus partai.
“Harapan-harapan ke depan yang kita bicarakan dan itu terjalin dengan baik. Komunikasi dengan PKS lumayan, lancar. Silaturahmi sudah beberapa kali dan semakin intens. Nanti kita lihat hasilnya,” harap Indira.
Saat ditanyai mengenai figur pasangan yang akan mendampinginya di pPilwali nanti, Indira tak ingin jemawa. “Belum, memang sudah banyak (figur), tapi belum bisa kita putuskan. Kita punya pertimbangan. Kita tunggu dulu hasil survei yang akan kita lakukan,” jelasnya.
Nama Ahmad Susanto terbaca di survei sebagai pendatang baru yang potensial dengan elektabilitas 2,3 persen. Di atasnya ada delapan orang, masing-masing Munafri Arifuddin, Indira Yusuf Ismail, Rusdin Abdullah, Rudianto Lallo, Aliyah Mustika Ilham, Abdul Rahman Bando, Rahman Pina, dan Sri Rahmi. Rata-rata delapan nama tersebut sudah lama berkecimpung di dunia politik, mulai dari anggota legislatif maupun mantan calon wali kota Makassar.
Ahmad Susanto mengapresiasi hasil survei tersebut. Ia merasa apa yang diperjuangkan selama ini tidak sia-sia. “Tentu merasa senang karena kami ini pendatang baru yang belum bergerak banyak. Kami berjalan efektif sekitar dua bulan terakhir,” kata Ketua KONI Kota Makassar ini.

Pendamping Seto

Politisi Partai Gerindra yang juga mantan Bupati Sinjai Andi Seto Gadhista Asapa mempertimbangkan sejumlah calon untu menjadi pendampingnya di pilwali Makassar. Hal itu diungkapkan oleh politisi Partai Gerindra Firmina Tallulembang, yang tak lain adalah ibunda Andi Seto.
“Soal pendamping kan semua perintah DPP. Menunggu hasil survei. Banyak yang pinang Andi Seto. Tahulah dari partai-partai mana. Tapi kan kembali DPP,” ujar Firmina, Selasa, (25/6).
Berdasarkan informasi yang dihimpun, Andi Seto membuka peluang berpasangan dengan Ketua DPW PKB Sulsel Azhar Arsyad, Sekretaris DPD PDIP Sulsel Rudy Pieter Goni atau Risfayanti Muin, Ketua DPC Demokrat Makassar, Adi Rasyid Ali hingga Indira Yusuf Ismail.
Ditanya soal peluang berkoalisi antara Gerindra dengan PKB, Firmina menyebut cukup besar. “Kemungkinan berkoalisi dengan PKB besar. Apalagi chemistry antara Pak Azhar dengan Seto bagus,” tuturnya.
Firmina menegaskan, popularitas Andi Seto naik cukup drastis hanya dalam waktu dua bulan.
“Andi Seto baru mulai pengenalan diri sesudah lebaran. Waktu ini sekitar dua bulan. Dari hasil survei beberapa lembaga survei yang punya Gerindra kan, lumayan naik popularitasnya Seto. Dalam jangka dua bulan,”kata Firmina.
Diketahui, PKB sendiri telah mengerucutkan tiga nama figur untuk bertarung di pilwali Makassar untuk mendampingi Azhar Arsyad. Masing-masing Ketua DPD II Golkar Makassar Munafri Arifuddin, Andi Seto dan Indira Yusuf Ismail.

Restu Aksa Mahmud

Pengusaha politisi HM Aksa Mahmud akhirnya merestui menantunya Munafri Arifuddin (Appi) guna bertarung di pilwali Makassar untuk ketiga kalinya. “Kita ini orang Bugis. Tidak ada itu orang Bugis tidak mendukung anaknya. Orang tua salah itu kalau tidak mendukung anaknya,” ujar Aksa Mahmud, Selasa, (25/6).
Sebagai pendiri Bosowa Grup, Aksa Mahmud mengimbau agar seluruh warga perusahaan yang didirikannya itu mendukung Appi. “Justru diharuskan seluruh warga Bosowa harus mendukung,” tuturnya.
Dia menyatakan ada dua figur di keluarga Bosowa yang dipercayakan maju di politik, yakni Appi dan Erwin Aksa. Arwin Aksa khusus di Jakarta dan Appi di daerah.
”Dalam perjalanan hidup saya ada dua. Pertama saya sudah politisi sampai pimpinan MPR. Kedua pebisnis, jadi pasti menurun ke anak saya,” imbuhnya.
Dia menegaskan bahwa kedua anaknya masuk di politik bukan untuk mencari, yang tapi untuk mengabdi kepada negara.
“Membangun negeri ini, membantu masyarakat, nah itu cukup. Begitulah perjalanan saya sejak mahasiswa,” tandasnya.

Menurutnya, potensi Golkar untuk mengusung Appi cukup besar karena merupakan Ketua Golkar Makassar. Pada hakikatnya, kata Aksa, semua partai akan mendukung yang menang. Karena komitmennya pemilihan wali kota, pilgub, pilpres itu seperti pertandingan.
“Namanya pertandingan pasti ada yang kalah dan menang. Partai pasti mau menang semua. Partai pasti mendukung yang menang. Tidak ada partai yang mau kalah,” ungkapnya.
Lebih jauh terkait pendamping, Aksa menyebut semua partai pasti mengikut survei dan tentu pihaknya akan melihat itu. Yang terpenting adalah figur yang diinginkan menjadi wakil, yakni sosok yang disukai rakyat dan dapat mengurus negara.
“Kita melihat yang surveinya nanti. Jangan sampai memiliki wakil yang tidak disuka rakyat. Itu merugikan. Kalau mengurusi negara itu bagaimana kita disukai oleh warga,” tandas mantan Wakil Ketua MPR ini.

Dukung Rudal

Bakal calon wali kota Makassar Rusdin Abdullah (Rudal) menerima kunjungan silaturahmi eks pemain PSM Makassar di Posko Induk Rudal, Jalan AP Petta Rani, Senin (24/6) malam.
Eks pemain PSM Makassar yang hadir, diantaranya Amirullah, Ardiansyah, Rahmat Latif, Syamsidar, Faturrahman, Sahabuddin, Yasir, Muslimin Rambo, Kaharuddin Jamal, Zain Batola, dan Jufri Samad.
Dalam kesempatan itu juga turut hadir sejumlah pemerhati dan pembina sekolah sepak bola (SSB) yang ada di Makassar. “Sangat besar harapan kami sebagai mantan pemain PSM di era 90-an hingga 2000-an dan juga pemerhati sepak bola di Makassar ingin silaturahmi dengan Pak Wali (Rusdin Abdullah),” kata eks pemain PSM Makassar Yasir.

Ia mengungkapkan bahwa sejauh ini para eks pemain PSM Makassar mempunyai komunitas, namun kurang mendapatkan wadah dan perhatian dari manajemen PSM.
“Contoh teman-teman kita yang ada di sini mantan pemain PSM, tapi tidak diberdayakan. Jadi besar harapan kami dapat diberikan support dan dukungan supaya ada wadah buat kami bisa membina Ramang Ramang muda di Makassar,” jelasnya.

Penjaga gawang yang terkenal di zamannya, Syamsidar juga menyampaikan keluhan tidak adanya ruang yang diberikan bagi para mantan atlet.
“Kalau saya melihat kurang perhatian ke mantan pemain. Jadi kami berharap ke depannya pemerintah setidaknya memberikan ruang atau pekerjaan kepada mantan pemain,” ujar Syamsidar.
Merespons hal itu, Rudal mengungkapkan bahwa dirinya pernah menjadi manajer PSM Makassar Junior sekitar tahun 2000-an. “Saya sendiri pernah menjadi manajer PSM, saat ikut turnamen Habibi Cup sekitaran tahun 2001. Juga saya pemerhati sepak bola, karena sering menggelar turnamen antarasosiasi pengusah kota Makassar,” terang Rudal.

Ia menuturkan bahwa, seharusnya pemerintah membuat sebuah kebijakan agar pemain lokal di Makassar bertahan di sini. Yang pertama terkait persoalan ekonomi.
“Pemain bola juga butuh penghasilan setiap bulan dan jaminan untuk keluarganya. Jadi bagaimana perhatian kita (pemerintah) agar mereka tidak ke mana-kemana,” ujarnya
“Jadi harusnya ini dipahami dan dipikirkan bagaimana pesepakbola harus diangkat sebagai pegawai supaya dia punya jaminan ekonomi hingga tua,” tambah Rudal. (jun)

source

Exit mobile version