Siapa yang Cukupkan Kursi Danny?
axel wiryanto
Friday, 26 July 2024 22:16 pm
dibaca 46 kali

MAKASSAR, BKM — Pertarungan untuk mendapatkan kursi parpol agar bisa melaju ke kontestasi pemilihan gubernur (pilgub) Sulsel masih berlangsung ketat. Namun, sejumlah kandidat gubernur dan wakil gubernur hampir dipastikan tidak bisa melaju dan bertarung di perhelatan demokrasi lima tahunan pada 27 November mendatang.
Hal ini lantaran dukungan partai politik (parpol) semakin kencang mengarah ke pasangan Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi Masse (ASS-Fatma). Dukungan Partai Demokrat yang mengontrol tujuh kursi di DPRD Sulsel sudah dibuktikan dengan penyerahan rekomendasi dalam bentuk form B1.KWK dari Ketua Umum DPP Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono.

“Rekomendasi dalam bentuk form B1.KWK sudah dikeluarkan oleh DPP,” ujar Ketua DPD Demokrat Sulsel Ni’matullah Erbe.
Sementara rekomendasi Partai Nasdem yang punya 17 kursi juga sudah keluar. “Iya, rekomendasi Nasdem sudah keluar hanya tidak dipubliksikan,” ucap Sekretaris DPW Nasdem Sulsel Syaharuddin Alrif.
Demikian pula Partai Amanat Nasional (PAN) dengan empat kursi. Partai Gerindra dengan 13 kursi juga mendukung ASS-Fatma, padahal alat peraga sosialisasi berupa baliho milik Ketua DPD Gerindra Sulsel Andi Iwan Darmawan Aras (AIA) sebagai bakal calon gubernur Sulsel juga sudah tersebar di 24 kabupaten/kota. Bahkan 24 DPC memberikan dukungan kepada AIA sebagai calon gebernur.
Selain itu, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang mengontrol tujuh kursi dan Partai Golkar pemilik 14 kursi juga cenderung mengusung pasangan dengan tagline ‘Andalan Hati’. Jika Golkar juga ikut mendukung ASS-Fatma sebagaimana yang diisyaratkan Wakil Ketua Umum DPP Golkar HAM Nurdin Halid (NH), berarti mengabaikan kader seperti ketika DPP menyerahkan surat tugas untuk IAS, Adnan Purichta Ichsan dan Indah Putri Indriyani.

Wakil Ketua Golkar Sulsel Nasran Mone menanggapi dukungan NH ke pasangan non kader itu.
Kata dia, ketiga kader Golkar tersebut masing-masing punya kelebihan, pengaruh membesarkan Golkar di Sulsel. Apalagi IAS memiliki elektoral paling tinggi.
“Jadi kalau ingin konsisten, yang dijadikan salah satu rujukan adalah hasil survei tentu pemihakannya ada pada IAS. Di pikiran saya tentunya IAS sangat siap untuk bertarung di pilgub 2024 ini,” ucap Nasran, Kamis (25/7).
Adapun Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang memiliki delapan kursi sudah mengeluarkan rekomendasi untuk Danny Pomanto. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pemilik enam kursi juga cenderung mengajukan Danny Pomanto. Demikian pula Partai Hanura dengan modal satu kursi juga bisa mengarah ke wali kota Makassar dua periode itu.
Yang tersisa yakni Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), pemilik modal delapan kursi di parlemen Sulsel. Jika Danny berhasil meraih dukungan partai yang dipimpin Abdul Muhaimin Iskandar itu, maka akan ada dua pasangan calon. Namun jika gagal, yang terjadi adalah calon tunggal melawan kolom kosong (koko) di pilgub.

Bakal calon wakil gubernur Budi Kamrul, mengemukakan bahwa kotak kosong bukan dilarang tapi kurang elok. Ia mengambil perumpamaan, kursi yang ditaruh pada tunggangan kuda atau hewan, boleh dilakukan tapi menyiksa hewan. Apalagi dalam hal mengejar kursi kekuasaan.
“Saya kasihan selalu dipersepsikan orang hanya modal keberanian saja, kantong kosong. Tapi yang saya perjuangkan adalah kemiskinan dan pengangguran. Ayo kita fair hadirkan pilihan-pilihan kepada masyarakat untuk memilih karakter pemimpinnya seperti apa untuk Sulsel ke depan,” ujar Budi Kamrul.

Menurutnya, angka kemiskinan di Sulsel jumlahnya 788.000 atau 8,7 persen dari jumlah penduduk. Sementara angka pengangguran jumlahnya 240.000 lebih atau 5,7 persen dari jumlah angkatan kerja.
“Ini juga terkait dengan regenerasi kepemimpinan. Bagaimana kita anak muda diberi ruang aktualisasi ide dan gagasan dalam roda kepemimpinan di Sulsel,” ujar Budi Kamrul Kasim yang digadang merepresentasikan Luwu Raya.
Lantas siapakah yang mampu mencukupkan kursi Danny untuk dapat bertarung? Menurut peneliti yang juga Direktur Eksekutif PT Nurani Strategic Dr Nurmal Idrus, dengan perkembangan yang terjadi dalam beberapa hari belakangan, dirinya pesimis akan ada figur lain yang mampu maju dalam pencalonan menghadapi ASS-Fatma. Indikasi pasangan ini akan memborong parpol kian nyata.

“Koalisi Indonesia Maju (KIM) berkonsolidasi dengan baik di Sulsel, sementara koalisi penantangnya terpecah. Sebenarnya, harapan tidak terjadinya pilgub dengan paslon tunggal bisa saja terjadi jika PPP, PDIP dan PKB berkonsolidasi bagus. Namun, kelihatan sekali ketiganya tak bisa bersatu dengan baik setelah ada sinyal PKB juga merapat ke ASS-Fatma. Maka, agak sulit untuk memprediksi apakah Danny bisa maju atau tidak. Saya merasa pilgub Sulsel akan berjalan dengan paslon tunggal,” terang Nurmal, Kamis (25/7)/
Pengamat politik dari Unhas Dr Ali Armunanto, mengemukakan kalau partai-partai yang tersisa tidak pragmatis dan lebih mengedepankan kontestasi yang fair dalam pilgub, Danny akan bisa mencukupkan dukungan partai. “Tapi sampai sekarang kelihatannya partai juga masih dilematis, apakah akan bertarung penuh atau sekadar turut meramaikan pilgub. Pertimbangan biaya politik yang sangat mahal dalam kontestasi saya duga membuat partai banyak yang terdorong untuk membuat keputusan-keputusan pragmatis dengan bergabung dengan poros kuat,” jelas Armunanto.
Hal berbeda disampaikan guru besar UIN Alauddin Makassar Prof Dr H Firdaus Muhammad. Ia optimistis bila Danny Pomanto bisa mengendarai tiga parpol sehingga akan ada dua pasangan di pilgub. “Danny bisa kendarai PDIP, PKB dan PPP,” tandas Firdaus. (rif)

source