Oleh: Ahmad Razak
Dosen Fakultas Psikologi UNM
SAAT ini kita tengah memperingati hari pahlawan 10 november 2024. Semoga momentum kebangsaan ini menjadi spirit dalam tubuh polri untuk terus konsesten membangun presisi dan semangat kepahlawanan dalam menegakkan keadilan di Indonesia.
Konsep “Presisi,” yang merupakan singkatan dari Prediktif, Responsibilitas, Transparansi, dan Berkeadilan. Konsep ini diperkenalkan oleh Kapolri sebagai arahan baru untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepolisian kepada masyarakat.
Dalam konteks ini, kepahlawanan Polri bukan hanya diukur dari keberanian dalam menjalankan tugas, tetapi juga dari ketepatan, akurasi dalam tindakan, serta responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
Dengan memadukan empati dan integritas, Polri dapat menciptakan budaya kepahlawanan yang relevan di era modern, sekaligus mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap institusi kepolisian.
Konsep Presisi membawa misi untuk membuat Polri lebih prediktif dalam menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat. Kemampuan untuk memprediksi potensi gangguan keamanan akan memungkinkan Polri untuk memberikan respons yang lebih proaktif terhadap ancaman yang ada.
Kepahlawanan Polri tercermin dalam kesiapsiagaan untuk mengamankan wilayah dan mencegah terjadinya konflik yang lebih besar. Polri berfungsi sebagai garda terdepan dalam menciptakan stabilitas masyarakat, di mana prediksi yang tepat menjadi kunci untuk melaksanakan tugas secara lebih efektif.
Sikap responsif juga merupakan bagian integral dari konsep Presisi yang mencerminkan semangat kepahlawanan Polri. Respons cepat dan tepat terhadap keluhan dan kebutuhan masyarakat menunjukkan komitmen Polri dalam mengutamakan kepentingan publik.
Responsifitas ini bukan hanya tentang kecepatan, tetapi juga tentang ketulusan dalam memberikan bantuan. Ketika Polri mampu berempati dan bertindak cepat, kepercayaan serta rasa aman masyarakat pun terbangun, sehingga mereka merasa dilindungi dan dilayani dengan sepenuh hati.
Di samping itu transparansi juga menjadi elemen penting dalam Presisi yang memperkuat integritas Polri. Dalam era keterbukaan informasi seperti saat ini, masyarakat menginginkan institusi yang transparan dalam pelaksanaan tugasnya.
Transparansi ini mencerminkan kepahlawanan Polri dalam hal moral dan etika,serta akhlak, di mana setiap tindakan Polri dapat dipertanggungjawabkan. Dengan sikap terbuka, Polri tidak hanya memperkuat hubungan dengan masyarakat, tetapi juga menghindari penyalahgunaan wewenang yang dapat merusak citra kepolisian.
Berkeadilan adalah elemen terakhir dari Presisi yang tak kalah penting dalam menunjukkan kepahlawanan Polri. Menegakkan hukum dengan adil tanpa membedakan latar belakang sosial atau ekonomi adalah wujud keadilan yang sejati.
Integritas dalam berkeadilan membutuhkan keberanian moral, di mana anggota Polri harus tegas tanpa diskriminasi. Polri bukan hanya sebagai penegak hukum, tetapi juga sebagai pelindung nilai-nilai keadilan dan kesetaraan bagi seluruh masyarakat.
Empati merupakan kekuatan utama yang membuat konsep Presisi menjadi lebih bermakna. Tanpa empati, penegakan hukum akan menjadi kaku dan kehilangan jiwa.
Polri yang berempati akan lebih peka terhadap perasaan dan kebutuhan masyarakat, sehingga keputusan yang diambil tidak hanya tepat secara hukum, tetapi juga sesuai dengan kondisi sosial. Pendekatan berbasis empati ini membantu mengurangi ketegangan dan menciptakan solusi yang lebih manusiawi, terutama dalam menghadapi konflik atau situasi darurat.
Integritas adalah fondasi yang memungkinkan Presisi diterapkan secara konsisten dalam tugas-tugas Polri. Integritas memastikan bahwa setiap langkah yang diambil oleh Polri didasarkan pada niat baik, tanpa adanya kepentingan pribadi yang menghalangi keadilan.
Dalam dunia kepolisian, integritas adalah bentuk kepahlawanan yang tidak tampak, namun sangat penting. Dengan menjaga integritas, Polri dapat mempertahankan kepercayaan publik dan menunjukkan bahwa mereka adalah pelayan dan pelindung masyarakat yang dapat diandalkan.
Lebih dari itu, dengan berlandaskan pada konsep Presisi, Polri memiliki kesempatan untuk menjadi lembaga yang lebih modern dan adaptif. Polri yang presisi tidak hanya menjalankan tugas dengan efisien, tetapi juga terbuka terhadap perubahan dan senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan.
Pendekatan ini memungkinkan Polri untuk tidak hanya bertahan dalam menghadapi tantangan zaman, tetapi juga menjadi contoh bagi masyarakat akan pentingnya kemajuan dan inovasi yang tetap berpihak pada keadilan.
Kepahlawanan dalam konteks Polri yang Presisi juga berarti memiliki ketangguhan dalam menjalankan tugas meskipun dihadapkan pada kondisi sulit. Dengan memegang teguh empati dan integritas, Polri dapat tetap menjalankan tugas meskipun tertekan atau dihadapkan pada godaan.
Ketangguhan moral ini adalah bentuk kepahlawanan yang sejati, di mana anggota Polri rela mengorbankan kenyamanan pribadi demi kebaikan masyarakat luas.
Pada akhirnya, Presisi dan kepahlawanan Polri adalah dua nilai yang saling mendukung dalam profesionalitas kerja, ia ibarat dua sisi mata uang yang tidak boleh terpisahkan. Menerapkan Presisi, Polri tidak hanya menjadi pelindung hukum, tetapi juga menjadi teladan moral bagi masyarakat.
Di sinilah terletak makna kepahlawanan sejati, yaitu dimana Polri hadir bukan hanya sebagai aparat penegak hukum, tetapi juga sebagai sosok yang mencerminkan kasih sayang, empati, kejujuran, dan keberanian dalam melindungi keadilan bagi segenap lapisan masyarakat. Bravo kepolisian. (*)
Artikel Semangat Presisi dan Kepahlawanan Polri dalam Menegakkan Keadilan pertama kali tampil pada Ujung Jari.