BERIKAN aku sepuluh pemuda maka akan kuguncangkan dunia. Ungkapan yang pernah dilontarkan Presiden Pertama RI Soekarno ini cocok untuk disematkan kepada sekelompok pemuda yang mengatasnamakan dirinya sebagai Komunitas Peduli Anak Jalanan (KPAJ) Makassar.
Betapa tidak, berdiri sejak tahun 2012, komunitas peduli sosial ini sudah banyak membantu anak-anak jalanan yang putus sekolah untuk kembali mendapatkan pembelajaran secara gratis walau dengan fasilitas tempat yang belum memadai.
KPAJ terbentuk dari keresahan mahasiswa yang sering melakukan kegiatan di bawah jembatan flyover Makassar, hingga akhirnya melihat banyak anak-anak yang menghabiskan waktunya di jalanan untuk mencari rupiah dan tidak bersekolah.
Melihat kepiluan tersebut, salah seorang mahasiswa tergerak untuk membentuk sebuah komunitas yang kini bernama KPAJ. Dari situ mereka memberikan pembelajaran kepada para anak-anak yang putus sekolah atau tidak pernah mengenyam pendidikan sama sekali.
“KPAJ itu berdiri pada tahun 2012. Kita punya beberapa founder dan beberapa teman yang kuliah. Mereka sering berkegiatan di bawah flyover. Saat di sana mereka melihat banyak anak-anak yang tidak belajar, lalu berinisiatif mengumpulkan anak-anak di situ untuk memberikan pembelajaran non formal. Nah, di situlah awal mula terbentuknya KPAJ dan kita bergerak di bidang pendidikan dan sosial,” ungkap Muhammad Sugiyarto saat menjadi tamu siniar untuk kanal Youtube Berita Kota Makassar.
Saat ini KPAJ mempunyai 130 anggota aktif. Mereka mempunyai sejumlah program. Salah satunya memberikan pembelajaran tiga kali dalam seminggu kepada para anak-anak yang ada di enam lokasi. Tentu sebuah perjuangan yang sangat mulia dan tidak begitu mudah.
Diakui Yogi -sapan akrab Sigiyarto–, tujuan kegiatan tersebut untuk mengurangi kecenderungan anak-anak agar tidak lagi turun ke jalan. Sebab anak seusia mereka seharusnya masih dalam proses bermain dan belajar.
“Tujuan utamanya adalah mengurangi insentitas mereka turun ke jalan. Karena mereka harusnya tidak di situ. Mereka harusnya belajar dan bermain. Nah, ketika mereka sudah jarang turun ke jalan dan sering ikut belajar itu kami sudah bersyukur sekali,” tuturnya dengan suara yang tak kuasa menahan sedih.
Usaha dan tekad yang kuat bersama teman-temannya pun berbuah hasil. Saat ini dari sekian banyak anak yang dulunya putus sekolah kini tinggal 25 lebih anak yang masih belum bersekolah.
“Alhamdulillah sekali. Kalau tidak salah sekarang itu sekitar 25 lebih anak yang belum sekolah. Selebihnya itu sudah sekolah. Yang tidak sekolah itu terkendala di beberapa masalah. Ada yang memang tidak mau sekolah. Ada yang karena mungkin lingkungan dan lainnya,” terangnya.
Selain program pembelajaran, KPAJ juga mempunyai program Celengan Harapan. Dari situ mereka bisa menyekolahkan anak-anak yang putus sekolah lantaran terkendala biaya, dengan cara meminta bantuan kepada donatur.
“Kita juga punya salah satu program namanya itu Celengan Harapan. Adik-adik kita sekolahkan ketika mereka terkendala di biaya pasti mereka akan kabari kita. Kita punya Celengan Harapan dan itu kita akan upload di sosial media bahwa adik ini butuh bantuan. Tapi sebelum itu kita minta izin dulu ke orangtua dan adiknya. Kalau mereka tidak keberatan, ya kita akan angkat,” terangnya. (jar)