Site icon ROVINDO

Pj Gubernur Minta Waspada DBD

MAKASSAR, BKM — Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) fluktuatif, namun saat musim hujan, kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) meningkat. Pada musim hujan populasi nyamuk aedes aegypti akan meningkat karena telur yang belum menetas akan menetas ketika habitat perkembangbiakannya mulai tergenang air hujan. Kondisi tersebut akan meningkatkan populasi nyamuk sehingga dapat menyebabkan peningkatan penularan penyakit Demam Berdarah Dengue.

Olehnya itu, Penjabat Gubernur Sulawesi Selatan, Bahtiar Baharuddin mendorong seluruh kabupaten dan kota di wilayah tersebut untuk intensifikasi upaya pemberantasan sarang nyamuk.

Bahkan IA telah mengeluarkan imbauan melalui surat edaran, menanggapi kebutuhan antisipasi penyebaran dan peningkatan demam berdarah (DBD) di daerah tersebut, menekankan kepada masyarakat, di musim penghujan saat ini, disamping waspada terhadap potensi banjir, seluruh masyarakat harus mencegah dampak beberapa penyakit yang ditimbulkan seperti wabah Demam Berdarah Dengue (DBD).

“Kita harus antisipasi dengan tetap menjaga kebersihan dan menggiatkan Gerakan 3 M Plus yakni Menguras penampungan air, Menutup tempat penampungan air, dan Memanfaatkan benda-benda yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk DBD,” ungkap Bahtiar Baharuddin, Senin (29/1).
Gubernur juga terus mengimbau kepada masyarakat, jika di lingkungan tempat tinggalnya ditemukan kasus DBD bisa segera melapor atau menghubungi Dinas Kesehatan setempat agar segera dilakukan penanganan lebih lanjut maupun tindakan penyemprotan Fogging sehingga wabah DBD tidak menyebar luas.
Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, Ishaq Iskandar juga menekankan pentingnya gotong royong masyarakat dalam mengurangi penyebaran DBD. Ia berharap masyarakat dapat berpartisipasi dalam kerja bakti terutama di rumah dan sekolah. Iskandar mengungkapkan kekhawatiran terhadap penyebaran DBD, mengingat dampaknya yang serius dan dapat mengancam nyawa.

Ishaq Iskandar melaporkan bahwa selama tahun 2023, terdapat 2.703 kasus DBD di Sulsel, dengan 1.441 laki-laki dan 1.262 perempuan sebagai penderita. Ia memberikan rincian kasus berdasarkan rentang usia, mencakup 42 kasus untuk rentan usia 0-1 tahun, 246 kasus untuk rentan usia 1-4 tahun (dengan satu kematian), 997 kasus untuk rentan usia 5-14 tahun (dengan tiga kematian), 1116 kasus untuk rentan usia 15-44 tahun (dengan dua kematian), dan 290 kasus untuk rentan usia 45 tahun ke atas (dengan dua kematian). Iskandar mengatakan, delapan orang meninggal akibat DBD, berasal dari lima kabupaten di Sulsel, yaitu Barru, Bone, Luwu Timur, Maros, dan Soppeng. Rinciannya melibatkan dua laki-laki dan enam perempuan yang meninggal dalam rentang usia yang beragam. (jun)

source

Exit mobile version