MAKASSAR, BKM–Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Provinsi Sulawesi Selatan melaksanakan workshop perempuan untuk mengawal pemilihan umum (Pemilu) damai di Sulawesi Selatan yang dihadiri oleh perempuan dari berbagai elemen masyarakat.
Anggota KPID Sulawesi Selatan Sitti Hamida, mengatakan bahwa perempuan perlu mengawal Pemilu damai di Sulawesi Selatan karena kegiatan ini untuk mengawal teman-teman perempuan yang ada di Sulawesi Selatan untuk lebih kritis lagi khususnya untuk mengawal regulasi penyiaran apalagi baru-baru ini keluar regulasi PKPI nomor 4 tahun 2023 yang tentunya KPID mengharapkan partisipasi masyarakat untuk ikut mengawal, mengawasi konten siaran terkait kampanye iklan layanan masyarakat dan konten terkait pemilu damai.
“Kita fokus bagaimana perempuan menjadi konsentrasi khusus dalam penyiaran di mana data KPID menyampaikan bahwasanya 56 persen penonton itu dari perempuan dan juga objektivitas perempuan di lembaga penyiaran itu sangat tinggi, sehingga meminta bantuan perempuan mengawal pemilu damai termasuk iklan kampanye di televisi”ujar Sitti Hamida.
Oleh karena itu, menurutnya KPID perlu lebih konsentrasi ke perempuan. “Karena memang perempuan multi peran bahwasanya perempuan bisa menjadi regulator atau menjadi rumah produksi atau orang yang menghadiri orang memproduksi siaran,”ucapnya.
Hanya saja di dalam pelaksanaannya perempuan sebagai pelaku dijadikan objek.
“Makanya perempuan selalu kami menjadikan peraturan khusus untuk di literasi karena menjadi agen literasi karena perempuan lebih banyak di rumah dan mengawal tumbuh kembang anak. Maka dari itu perempuan yang menjadi garda terdepan lebih penting kita lakukan literasi karena dialah yang paling spesifik mengawal tumbuh kembang anak,” ujarnya.
Hal sama disampaikan Anggota KPID Nurmadhani Fitri Suyuti yang menuturkan bahwa
workshop perempuan mengawal Pemilu damai salah satu yang di lakukan untuk literasi perempuan karena menurutnya saat ini sudah ada di era yang sangat mudah mengakses informasi.
“Kami memang melakukan kegiatan ini untuk meminimalisir terjadinya kekacauan dalam informasi karena perempuan ini punya peran sebagai jendela arus informasi,” tuturnya.
Oleh karena itu jikalau mereka mampu untuk belajar bagaimana meliterasi terkait dengan kemampuan mereka untuk mencegah informasi-informasi yang sifatnya bisa merugikan seperti hoax dan lain-lain atau hate speech.
“Kegiatan workshop ini kemudian nanti akan menjadikan mata dan telinga KPID di Sulawesi Selatan dalam mengawal konten-konten sejarah yang bertajuk perempuan karena kan kita tahu banyak konten-konten yang kemudian tidak tidak sensitif dan tidak peduli terhadap perempuan,” pungkasnya. (rif)