Site icon ROVINDO

Pemerintah Ajak Perkuat Industri Kendaraan Listik Indonesia

MAKASSAR, BKM — Pasar otomotif passenger atau mobil penumpang di Indonesia termasuk yang terbesar di Asia Tenggara. Setiap tahun, mobil passenger yang terjual mencapai lebih satu juta unit. Sedangkan kendaraan roda dua mencapai kisaran enam juta unit lebih.
”Dari jumlah ini, penjualan kendaraan listrik baik mobil maupun motor masih sangat sedikit. Ini tentu menjadi peluang besar bagi produsen kendaraan listrik mendekati masyarakat yang akan mengganti maupun menambah kendaraannya untuk memilih kendaraan listrik,” kata Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Rachmat Kaimuddin.
Kehadiran Deputi Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin di Makassar, untuk membuka sosialisasi tentang dekarbonisasi sektor transportasi melalui adopsi Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB)/Kendaraan Listrik untuk Indonesia yang Lebih Baik, Jumat (3/11).
Rachmat mengatakan, Indonesia adalah pasar dan produsen mobil penumpang terbesar di Asia Tenggara. Tak hanya itu, dari sisi ekonomi sendiri, industri otomotif ini juga sangat penting. Tercatat nilai ekspor sebesar Rp70 triliun tahun 2021 dengan pekerja 1,5 juta orang.
”Jadi intinya industri otomotif adalah soko guru di ekonomi nasional dan tentunya ini harus kita jaga. Industri kita ini punya potensi luar biasa dan perlu kita tingkatkan dengan berbagai upaya. Salah satunya kita mendorong adopsi kendaraan listrik di Indonesia,” tegasnya.
Menurut Deputi Rachmat, potensi ini didukung sumber daya alam Indonesia yang dapat memenuhi permintaan rantai pasok kendaraan listrik global.
”Industri apa yang kita bangun tentunya cocok dengan sumber daya alam kita dan pasar kita. Salah satunya adalah industri otomotif. Kebetulan kita punya critical minerals yang dibutuhkan. Misalnya baterai dan mobil (listrik). Jadi ini peluang sangat besar yang harus kita ambil. Jangan sampai kita hanya beli. Tapi industri kita mati. Karena ini buatan pihak lain. Itulah kenapa kita harus bergerak mengenai ini. Pemerintah mendorong untuk memberikan beberapa bantuan mengenai ini,” tuturnya.

Beralih ke Kendaraan Listrik
Deputi Rachmat menekankan, dunia saat ini berbondong-bondong beralih ke kendaraan listrik. Hal ini selaras dengan upaya global mendorong dekarbonisasi, mengurangi emisi dan polusi dengan kendaraan listrik.
”Ini trennya sejak penandatanganan Paris Agreement pada tahun 2016. Kemudian sejak tahun 2017 ke atas, penjualan kendaraan listrik naik 50 persen setiap tahun. San ada tren dari berbagai negara ditunjukkan bahwa jika suatu negara itu telah mencapai 5 sampai 10 persen penjualan barunya kendaraan listrik, maka dia akan melewati titik kritis. Kalau kita melihat sendiri, di dunia ini pada tahun 2021 sudah 8,7 persen. Kemudian tahun 2022 sudah 14 persen. Dan tahun 2023 estimasi 18 sampai 20 persen. Jadi dunia secara global sudah melewati titik kritis ini. Jadi bayangan kita ini sudah mencapai poin dunia akan menuju ke kendaraan listrik,” paparnya.
Adapun penyumbang terbesar kendaraan listrik tersebut berasal dari tiga negara dengan pasar otomotif terbesar di dunia. China hampir 30 persen pada tahun 2022, diikuti Uni Eropa sebesar 21 persen, serta Amerika sebesar 6 persen.
”Jadi mereka sudah lewat titik kritis. Dan tren dunia akan menuju ke sana. Untuk Indonesia sendiri, keyakinan kita dari pemerintah pusat bahwa Indonesia juga akan ikut serta, karena kita lihat bahwa begitu sudah mengadopsi kendaraan listrik di Indonesia, dia akan mendapatkan beberapa keunggulan,” ujarnya.
Adapun benefit itu sendiri di antaranya adalah biaya operasional kendaraan listrik lebih murah bagi konsumen hingga udara lebih bersih bagi masyarakat. Karena berkurangnya emisi dan polusi.
Tak hanya itu, bebas ganjil genap berlaku untuk pengguna kendaraan listrik (di kawasan Jakarta) serta pemerintah hadir memberikan bantuan berupa insentif untuk motor sebesar Rp7 juta serta mobil dengan pajak 1 persen. Sehingga mendorong masyarakat beralih ke kendaraan listrik.

Kurangi Ketergantungan
Semehtara itu, Kepala Biro Perekonomian dan Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Sulawesi Selatan, Junaedi, menambahkan, dengan adopsi kendaraan listrik, kita dapat mengurangi ketergantungan pada impor BBM dan menghemat.
”Ini adalah peluang besar bagi Provinsi Sulawesi Selatan untuk mengoptimalkan kapasitas listrik yang telah terpasang. Sekaligus mendukung peralihan ke kendaraan listrik berbasis baterai. Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai telah menjadi terobosan revolusioner dalam industri otomotif dan memiliki dampak sangat penting untuk masa depan,” ujar Karo Junaedi.
Acara ini turut dihadiri perwakilan dari Kementerian Keuangan, Kementerian Perhubungan, Kementerian ESDM, Kementerian Dalam Negeri, PT Surveyor Indonesia, Universitas Hasanuddin dan berbagai pihak terkait lainnya. (mir)

source

Exit mobile version