Mulok Bahasa Daerah Segera Diimplementasikan di Sekolah
axel wiryanto
Tuesday, 06 February 2024 01:20 am
dibaca 126 kali

MAKASSAR, BKM — Perkumpulan Pendidikan Bahasa Daerah Indonesia (PPBDI) Provinsi Sulawesi Selatan bersama Dinas Pendidikan dan Balai Bahasa Sulsel berkumpul merumuskan kurikulum muatan lokal (mulok) bahasa daerah Sulsel. Kurikulum Merdeka Muatan Lokal Bahasa Daerah Bugis, Makassar, dan Toraja yang digagas ini akan segera diimplementasikan di satuan pendidikan atau sekolah.

“Setelah ditandatangani Pak Kadis dan uji coba, kita akan menindaklanjuti penyusunan silabus dalam bentuk tujuan pembelajaran (TP) dan alur tujuan pembelajaran. Nantinya bersama teman-teman tim perumus akan dibuat modulnya,” ujar Ketua PPBDI Sulsel Rahmaniar di Aula Bahasa Sulsel, Minggu (4/2)
Menurut Rahmaniar, kurikulum ini tidak hanya berfokus pada pembelajaran bahasa, tetapi juga menitikberatkan pada pembentukan karakter.

Dalam revitalisasi bahasa daerah yang diusung oleh Balai Bahasa, termasuk puisi, dongeng, pidato, cerpen, komedi tunggal, dan baca tulis aksara, menjadi bagian integral dalam kurikulum ini.

”Kiranya, langkah PPBDI Sulsel ini dapat menjadi inspirasi bagi organisasi serupa di berbagai provinsi untuk lebih memperkaya kurikulum dalam menjaga keberagaman bahasa dan budaya di Indonesia.

Jadi kurikulum disusun bukan hanya berfokus pada bahasa saja. Namun mencakup dengan pembentukan karakter siswa.
Falsafah kehidupan sebagai warisan pesan masyarakat juga diperhatikan,” kata Rahmaniar.

Dalam kurikulum, lanjutnya, pembentukan karakter merupakan hal yang utama. ”Ada dalam bahasa Bugis jadi substansi materi.

Ada juga di dalam puisi, mendongeng, cerpen, berpidato, baca tulis aksara,” imbuhnya.

Setelah penyusunan kurikulum, pendidik bahasa daerah nantinya melanjutkan dengan pembentukan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Sehingga penyampaian materi kurikulum secara bertahap bisa dilakukan secara maksimal ke siswa.

“Setelah (kurikulum) ditandatangani Pak Kadis, sudah uji coba, kita akan menindaklanjuti dengan menyusun silabus dalam bentuk RPP, tujuan pembelajaran dan alur pembelajaran, lalu kemudian kita buat modul ajarnya.

Tentu ini menggunakan bahasa yang jadi standar baku bahasa daerah,” lanjutnya.

Kepala Balai Bahasa Sulsel Ganjar Harimansyah, mengaku pembelajaran bahasa daerah dari ruang kelas perlu dimaksimalkan kembali. Utamanya bahasa daerah lokal Sulsel seperti Bugis, Makassar hingga Toraja.
Pembelajaran komunikasi hingga baca tulis aksara pun jadi perhatian utama.

“Kan di satuan pendidikan, bahasa daerah jadi muatan lokal wajib. Mereka selama ini punya kurikulum tapi dengan yang kita buat, kita permantap kurikulum,” kata Ganjar Harimansyah.

“Setelah dievaluasi bersama, kita akan terapkan dan sampaikan ke satuan pendidikan tentang kurikulum yang kita susun hari ini,” sambungnya.

Pelestarian bahasa daerah Sulsel, menurut Ganjar, menjadi contoh bagi provinsi lainnya. Organisasi profesi di Sulsel menjadi insiator perumusan kurikulum merdeka muatan lokal. Hasil perumusan bersama ini nantinya akan dibawa ke sekolah-sekolah.

“Secara bertahap kita sampaikan ke semua satuan pendidikan.

Kan yang melaksanakan masing-masing guru bahasa daerah di satuan pendidikan, dan yang menyusun ini juga guru bahasa daerah,” terangnya.
Penyusunan kurikulum juga melibatkan akademisi UNM hingga Unhas turut menyusun rancangan belajar dalam upaya pelestarian bahasa daerah. (jun)

source