Site icon ROVINDO

Masalah di Dunia Pendidikan

Sistem pendidikan di Indonesia mencakup tingkat pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Pendidikan dasar terdiri dari Sekolah Dasar (SD) selama enam tahun dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) selama tiga tahun. Pendidikan menengah terdiri dari Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) selama tiga tahun. Pendidikan tinggi mencakup perguruan tinggi dan universitas.

Sistem pendidikan seperti ini masih terus berlaku walau sudah banyak kali pergantian Menteri Pendidikan. Pergantian menteri hanya mengubah kurikulum pembelajaran di Indonesia. Mulai dari KTSP 2006, Kurikulum 2013 hingga saat ini yang masih berjalan yaitu kurikulum merdeka.

Kurikulum merdeka saat ini memberikan respons positif dari peserta didik. Namun tidak sedikit diantara mereka yang mengeluhkan kurikulum merdeka. Memang benar bahwa kurikulum ini membebaskan peserta didik melakukan pembelajaran akademik dan mengaitkan pembelajaran akademik dengan non akademik.

Hal-hal yang menjadi keluhan mereka adalah, adanya guru yang belum menguasai kurikulum tersebut. Jadi peserta didik juga turut bingung karena pengajar yang tidak berkompeten di bidang tersebut. Peserta didik juga mengeluhkan kurangnya sarana prasarana dan teknologi yang memadai untuk proses pembelajaran.

Beralih kepada permasalahan di dunia pendidikan. Sudah banyak kasus tindak asusila yang terjadi di lembaga pendidikan. Praktik bullying yang mengakibatkan korban kehilangan kesempatan merasakan pembelajaran secara aman, merasakan trauma yang mendalam, bahkan tak jarang dari para korban bullying yang meninggal dunia.

Dari tahun ke tahun kasus bullying semakin bertanbah dan menjadi salah satu hal yang dinormalisasikan. Kasus ini pun tak banyak mendapat perhatian khusus. Apa yang seharusnya menjadi alasan utama seseorang tetap menjalankan pendidikan formal di lingkungan yang tidak aman?

Tidak hanya bullying, tindak kekerasan seksual juga terus terjadi. Tak jarang saya jumpai korban, bahkan pelaku adalah mereka yang berstatus sebagai peserta didik.

Akibat dari kasus seperti ini tidak hanya berimbas kepada korban dan pelaku, tetapi orang sekitar. Contohnya seperti penyakit menular HIV/AIDS yang sampai saat ini para ahli medis pun belum menemukan tindakan yang spesifik terhadap penyakit tersebut.
Selain itu, permasalahan infrastruktur pembangunan jalan dan jembatan masih menjadi keluhan masyarakat Indonesia. Banyak masyarakat yang masih sulit mengakses jalan menuju sekolah.

Sejak tahun 2018-2023, banyak saudara kita yang menggunakan perahu atau pelepah pisang untuk menuju ke sekolah. Hal ini seharusnya mendapat perhatian lebih dari pemerintah setempat, karena yang akan membangun Indonesia ke depannya adalah anak muda.

Melihat permasalahan dunia pendidikan di Indonesia, seharusnya pemerintah lebih meluaskan pandangannya terhadap permasalahan tersebut, sehingga pendidikan di negeri ini bisa menjadi lebih baik lagi ke depannya. (jar)

source

Exit mobile version