Komunitas Relawan HIVE Sulsel
axel wiryanto
Wednesday, 22 November 2023 01:17 am
dibaca 101 kali

MAKASSAR,BKM.COM–Komunitas relawan kemanusiaan terus beraktivitas di Kota Makassar. Mereka membersamai warga yang tertimpa bencana. Human Initiative Volunteer Energy (HIVE) merupakan salah satunya.

SEKRETARIS Umum (Sekum) HIVE Sulsel periode 2022-2023 Lathifa Nur Fauzia bersama seorang relawan Ismail Hidayatullah hadir menjadi tamu siniar untuk kanal Youtube Berita Kota Makassar. Tifa –sapaan akrab Lathifa– merupakan mahasiswa akhir di Program Studi (Prodi) Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. Sementara Ismail Hidayatullah yang biasa dipanggil Dayat kini telah bekerja.
Bagi keduanya, komunitas kemanusiaan sangatlah pentin. Menurut Tifa, berdasarkan pengalaman yang didapatkannya selama ini, bergabung di komunitas relawan mampu menimbulkan empati pada diri sendiri maupun masyarakat serta lingkungan sekitar.
”Sebagai manusia kita harus menjadi orang yang bermanfaat. Untuk bisa seperti itu, cara setiap orang berbeda-beda. Salah satunya bergabung di komunitas kemanusian, karena bisa memberikan efek. Meskipun kecil tapi berdampak kepada masyarakat,” ujar Tifa.
Senada dengan Tifa, Dayat menyebut bahwa kepedulian dengan lingkungan sekitar harus selalu ada. Membantu secara ikhlas menjadi salah satu kuncinya.
”Orang-orang yang tergabung dalam relawan komunitas adalah mereka yang mereka terpilih, terpanggil hatinya untuk mengabdi dan kebermanfaatan kepada masyarakat. Mereka yang tergabung di HIVE memiliki sifat dan semangat kemanusian,” imbuhnya.
Tifa menjelaskan, HIVE yang berpusat di Depok, Jawa Barat terbentuk di tahun 2017. Selanjutnya masuk ke Sulsel di tahun 2020. Artinya, sudah tiga tahun keberadaan komunitas HIVE di daerah ini.
Sebelum ada HIVE, lanjut Tifa, relawan terbagi dalam tiga. Misalnya ada relawan bidang children, disaster, dan empowerment. Mereka bergerak sesuai bidangnya masing-masing.
”Dari situ kemudian muncul keinginan bagaimana menyatukan pergerakan dalam satu nama. Akhirnya hadirlah HIVE. Untuk kepengurusan HIVE Sulsel periode 2022-2023 diketuai Abdul Kadir Halid,” ungkap Tifa.
Tak sekadar nama, ada nila-nilai di dalam HIVE. Yang pertama adalah humanity. Semua kegiatan yang dilaksanakan berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan. Kedua, integrity. Semua relawan diharapkan memiliki tanggung jawab, kejujuran serta amanah dalam melaksanakan tugas-tugas mereka. Menyelesaikan tugas tersebut hingga akhir.
Ketiga valueable. Semua kegiatan yang dilaksanakan bernilai, sehingga diharapkan seluruh relawan HIVE Sulsel dapat memanusiakan manusia. ”Terakhir empowering. Kami bercita-cita bisa membuat masyarakat yang mandiri setelah kita memberikan perubahan dalam lingkungannya,” tandas Tifa.
Dalam melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan, HIVE memiliki visi bagaimana bisa mendorong masyarakat dari berbagai lini untuk bergabung bersama demi aksi-aksi kemanusiaan.
Sebagai seorang relawan, Dayat yang tergabung sejak 2019 punya cerita tersendiri. Empat tahun lalu ia sudah menjadi seorang volunteer dan berlangsung hingga sekarang, meski dirinya sudah bekerja.
”Waktu itu lagi kosong. Tidak tahu juga apa itu relawan. Kemudian ikut-ikut saja. Ketika masuk dan bergabung diberi materi. Yang buat senang setelah Oprek (Open Recruitment) ada pengkapasitasan untuk relawan yang baru. Pelatihan diberikan. Mereka tidak diturunkan ke lapangan kalau tidak mengikuti pelatihan itu. Di situ dapat pembelajaran berharga. Saya banyak ikut kegiatan, sejalan dengan aktivitas relawan. Suka jalan-jalan. Ke daerah-daerah kalau ada bencana.
Dayat yang menjadi relawan disaster mengaku mendapat banyak pelajaran tentang kerelawanan, pemberdayaan dan anak-anak. Ia pun kontak langsung dengan anak-anak yang awalnya tidak diketahui. ”Ini feedback saya ke HIVE,” ujarnya.
Tifa menambahkan, tiap relawan mengiktui alur perekrutan. Mereka kemudian diberi pengkapasitasan setelah dapat materi tentang BHD (bantuan hidup dasar), PPPK, dan surviveing. Bagaimana mereka bisa hidup di suasana dan lingkungan tanpa jaringan dan elektronik yang lain. Pemateri yang diundang sudah expert di bidangnya dan sudah sering turun langsung ke lokasi bencana.
”Dari situ kemudian dilakukan mapping relawan. Dilihat di mana bisanya menjadi relawan. Selanjutnya diajari dasar-dasar. Diberi pelatihan sosial mapping tentang bagaimana caranya melihat potensi lokal yang dijadikan target program. Bisa membuat program dari sosial mapping yang dilakukan,” ungkap Tifa.
Relawan baru juga diberikan pelatihan fotografi dan videografi. Tujuannya, karena dalam HIVE punya aturan dokumentasi. Contohnya, jika berada di wilayah bencana, angle gambar anak-anak penyintas harus tetap senyum. ”Walau pun lagi sedih harus tetap ada gairah. Kegembiraan yang coba kita berikan,” terang Tifa. (*/rus)

source