Site icon ROVINDO

Ketika Perusahaan Lain Baru akan Menerapkan Pertambangan Berkelanjutan, PT Vale Sudah Melakukannya Berpuluh Tahun Lalu

Hilirisasi Jaga Pertambangan Berkelanjutan
Protes terhadap pemberlakuan hilirisasi ini tidak saja muncul dari luar negeri, tapi juga dalam negeri. Masyarakat dari dalam negeri yang memprotes keputusan pemerintah terkait hilirisasi ini adalah mereka yang selama bertahun-tahun menikmati mengekspor nikel dalam bentuk asalan ke berbagai negara di dunia.
Hilirisasi ini sebenarnya memberi banyak manfaat kepada masyarakat dan negara. Juga menjaga kelestarian alam. Manfaat kepada masyarakat, seperti terciptanya lapangan kerja baru yang dapat menyerap pekerja dari ratusan hingga ribuan orang.
Manfaat lainnya adalah lancarnya perputaran roda perekenomian masyarakat sekitar industri pertambangan. Karena dengan adanya pendapatan memadai dari perusahaan kepada pekerjanya, tentu akan meningkatkan daya beli masyarakat atau pekerja yang mayoritas berasal dari sekitar pabrik atau warga lokal.
Bukan itu saja, manfaat juga akan didapatkan masyarakat dari pembangunan beragam sarana dan prasarana yang dibangun perusahaan.
Sedangkan bagi pemerintah, pendapatan tidak saja bersumber dari pajak daerah tapi juga dari devisa. Untuk pelestarian alam, sudah pasti dengan hilirisasi ini akan menghindarkan lokasi yang telah diambil kandungan mineralnya berubah menjadi kubangan menganga layaknya dana.
Jika setiap perusahaan pertambangan nikel melakukan ekspor nikel asalan dikisaran 100 ribu ton per tahun. Dan jumlah perusahaan pertambangan nikel ada sepuluh saja misalnya. Jadi setiap tahun ada satu juta ton bijih nikel dan mineral ikutan bersama tanahnya dikirim dari Indonesia ke sejumlah negara.
Bisa dibayangkan betapa rusaknya alam dan lahan di lokasi pertambangan yang telah dieksploitasi. Karena untuk mengurug tanah di lokasi yang telah dieksploitasi tersebut tentu sulit. Karena tanahnya telah diekspor bersama nikel yang jumlahnya hanya sekian persen. Akibatnya, terjadi bengkalai bak danau-danau buatan di beberapa areal pertambangan.

Dukung Hilirisasi
Keputusan pemerintah melakukan hilirisasi di sektor pertambangan termasuk pada pertambangan nikel, masih memunculkan sikap menolak dan mendukung dari berbagai pihak.
Namun bagi PT Vale Indonesia Tbk atau PT Vale, sangat mendukung keputusan ini.
Wakil Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk, Adriansyah Chaniago, menegaskan komitmen PT Vale dalam mendukung hilirisasi dengan menerapkan pertambangan berkelanjutan.
Komitmen tersebut dilontarkan Adriansyah Chaniago pada acara Infrastructure Forum and Edutainment Expo, Sewindu Proyek Strategis Nasional yang dilaksanakan di aula Kasablanka, Jakarta, pada 13 Desember 2023.
Bukan saja menyampaikan komitmen perseroan mendukung hilirisasi, tapi Adriansyah juga menegaskan kembali peran dan komitmen serta kontribusi perseroan untuk hilirisasi pertambangan secara berkelanjutan. Apalagi nikel saat ini merupakan primadona.
Salah satu mineral kritis yang merupakan kunci atau jawaban terhadap pemanasan global. Dekarbonisasi memerlukan banyak sekali mineral besar. Salah satunya nikel dan juga mineral lainnya. Ini menjadikan posisi Indonesia sangat dominan. Khusus untuk mineral, sebanyak 22 persen ada di Indonesia.

Terapkan Pertambangan Berkelanjutan
Selama 55 tahun beroperasi di Sorowako, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan, PT Vale dalam menjalankan operasi usahanya telah menerapkan pertambangan berkelanjutan.
Dimulai dari saat akan mengeruk, perusahaan telah melakukan persiapan. Mulai dari pembibitan sebagai tanaman pengganti pada setiap batang pohon yang ditebang. Juga menyiapkan tempat untuk menampung sementara tanah sisa hasil pengolahan dan pemurnian nikel. Ketika di satu titik yang ditentukan telah selesai dieksploitasi, maka sebelum berpindah ke titik berikutnya, terlebih dahulu direklamasi. Termasuk menanam bibit pohon sejenis yang sudah dipersiapkan saat pertama kali dilakukan eksploitasi.
”Setiap setelah melakukan aktivitas penambangan, kami sangat konsisten melakukan reklamasi di areal lahan tambang. Termasuk menghadirkan Taman Kehadiran Sawerigading Wallace yang mendukung kegiatan reklamasi,” jelas Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk, Febriany Eddy dalam suatu bincang-bincang bersama media yang dilakukan secara online melalui zoom beberapa waktu lalu.
PT Vale adalah pemegang kontrak karya yang telah diamandemen pada 17 Oktober 2014 dan berlaku hingga 28 Desember 2025. Perusahaan ini memiliki konsesi seluas 118.017 hektare yang terbagi atas 70.566 hektare di Sulawesi Selatan, 22.699 hektare di Sulawesi Tengah, dan 24.752 hektare di Sulawesi Tenggara.
Selama ini, PT Vale Indonesia menambang nikel laterit untuk menghasilkan produk akhir berupa nikel dalam laterit untuk menghasilkan produk akhir berupa nikel dalam matte. Rerata volume produksi nikel pertahun dikisaran 75.000 metrik ton.
Nikel matte termasuk salah satu nikel kelas satu yang biasanya dimanfaatkan sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik. Dalam memproduksi nikel di Blok Sorowako, PT Vale menggunakan teknologi pyrometalurgi (meleburkan bijih nikel lalerit).
Untuk memenuhi semakin besarnya kebutuhan pasar terhadap bijih nikel khususnya jenis saprolit dan jenis limonit, maka PT Vale akan melanjutkan rencana pembangunan pabrik pengolahan nikel beserta fasilitas pendukungnya di Sambalagi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah dan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Begitu pula proyek di Bahodopi, Kabupaten Morowali, PT Vale merencanakan pembangunan pabrik pengolahan untuk memproses bijih saprolit dan menghasilkan feronikel yang merupakan bahan utama dalam pembuatan baja nirkarat.
Untuk Pomalaa, proyek yang saat ini dikembangkan adalah untuk memproses bijih nikel limonit dengan menggunakan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk menghasilkan produk yang diolah menjadi bahan utama baterai mobil listrik.

Energi Baru
PT Vale sangat konsen dan komitmen dalam melakukan penambangan berkelanjutan sejak berpuluh tahun lalu. Salah satunya dalam operasional sudah menggunakan energi baru terbarukan padan tiga Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang dimiliki. Yaitu PLTA Larona tahun 1979, PLTA Balambano tahun 1999, dan PLTA Karebbe tahun 2011.
Ketiga PLTA ini memiliki kapasitas terpasang sebesar 365 MegaWatt (MW) untuk pasokan energi ke pabrik pengolahan. Keberadaan tiga PLTA PT Vale tersebut, selain menunjang kebutuhan operasional perusahaan, energi listrik yang dihasilkan juga didistribusikan sebesar 10,7 MW untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat Luwu Timur melalui PT PLN (Persero).
Pengoperasian ketiga PLTA tersebut, PT Vale dapat mengurangi emisi GRK (gas rumah kaca) lebih dari 1 juta ton CO2eq (carbon diokside equivalent) per tahun jika dibandingkan pembangkit listrik yang berbahan baku batu bara.
Sepanjang tahun 2022, PT Vale telah menurunkan emisi GRK sebesar 330.688 ton CO2eq menjadi 1.640.387 ton CO2eq atau 17 persen lebih rendah dari tahun 2021 yang mencapai 1.971.075 ton CO2eq. Sedangkan selama kurun empat lima tahun atau dari tahun 2018 sampai 2022, penurunan emisi GRK PT Vale mencapai 376.563 ton CO2eq.
Komitmen pengurangan emisi dibuktikan PT Vale dengan membatalkan proyek konversi batubara atau Coal Conversion Project (CCP). Keputusan ini juga membuat Vale mampu menekan biaya perusahaan sekitar USD40 juta setiap tahun. Selain itu, juga menghindarkan perusahaan dari kenaikan emisi gas rumah kaca rerata sebesar 200.000 ton CO2 pertahun.
Pada tahun 2019, PT Vale memanfaatkan boiler listrik yang energinya bersumber dari ketiga PLTA ini untuk operasional pabrik pengolahan. Dengan inovasi ini, penggunaan bahan bakar High Sulfur Fuel Oil (HSFO) berkurang sebanyak 67.047 barel pertahun.
Boiler listrik PT Vale juga menjadi yang pertama digunakan di industri pengolahan di Asia Temggara. Sejak 2015, perusahaan juga menerapkan program penggunaan bahan bakar nabati Facid Acid Methyl Ester (FAME) sebagai biodiesel untuk kendaaan operasional.
Bukan itu saja, PT Vale juga menerapkan prinsip-prinsip konservasi tanah dan air sebagai upaya perlindungan Danau Matano. Dimana, PT Vale dalam upaya konservasi lingkungan pada kegiatan penambangannya adalah dengan melakukan perencanaan yang terintegrasi dengan penambangan.
Hal lain yang dilakukan PT Vale adalah melakukan pembatasan pembukaan lahan. Pembukaan hanya di area-area yang terbukti kaya bijih nikel. Kemudian, reklamasi progresif dilakukan pada lahan yang telah selesai ditambang. Hal ini untuk meminimalkan lahan terbuka.
Untuk pengendalian dan pengelolaan limbah hasil tambang, perusahaan telah membangun lebih dari 100 unit fasilitas pengendalian sedimen secara berjenjang. Fasilitas ini berkapasitas lebih dari 15 juta m3 atau meter kubik.
Di samping itu, pemantauan, pemeliharaan, dan pengerukan fasilitas pengendap dilakukan perusahaan secara berkala. Fasilitas pengelolaan limbah cair berteknologi inovatif, Lamella Gravity Settler (LGS) dibangun untuk menekan beban pencemaran TSS.
Selama 55 tahun beroperasi di Indonesia, PT Vale Indonesia tumbuh menjadi menjadi salah satu perusahaan tambang mineral terkemuka, dengan komitmen jangka panjang untuk berkontribusi positif terhadap pembangunan Indonesia yang berkelanjutan.
Pola pertambangan berkelanjutan yang diterapkan PT Vale selama 55 tahun, telah mendapat pengakuan dari banyak pihak, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Bahkan, Pemerintah Indonesia melalui Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, usai mengunjungi kawasan pertambangan PT Vale di Sorowako beberapa waktu lalu, meminta kepada perusahaan pertambangan yang beroperasi di Indonesia untuk mencontoh metode penambangan dan pengolahan yang dilakukan PT Vale yang dianggap baik dalam menunjang pertambangan berkelanjutan. (amir)

source

Exit mobile version