KONTESTASI pilkada 2024 menjadi momentum guna mewujudkan harapan agar pemimpin yang terpilih dapat menerapkan kebijakan yang efektif guna mensejahterakan masyarakat. Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman, baik dari sisi agama dan budaya. Oleh sebab itu setiap pemimpin, mulai dari tingkat nasional hingga daerah harus mampu menjadi representasi atau panutan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi antarsesama warga negara. Pemimpin yang terpilih juga harus mampu memberikan narasi dan edukasi untuk bertoleransi dalam hidup. Karena masyarakat sangat membutuhkan figur-figur pemimpin yang mampu mengayomi dan dijadikan panutan.
Pemimpin yang memiliki sikap toleransi akan berperan penting dalam menciptakan harmoni sosial di Indonesia. Dengan saling menghormati dan menerima perbedaan, masyarakat dari berbagai latar belakang bisa hidup berdampingan dengan damai. Hal Ini tentunya dapat mengurangi konflik sosial dan memperkuat persatuan di antara warga negara.
Menjadi seorang pemimpin, khususnya pada tingkat daerah tentunya memiliki tuntutan untuk senantiasa menjaga kondusivitas guna persatuan antarsesama anak bangsa, mengingat negeri ini kaya akan keberagaman. Budaya menjunjung tinggi toleransi juga telah ditunjukkan oleh para pahlawan bangsa.
Di tengah perbedaan suku dan agama mereka berjuang dengan semangat patriotisme dalam rangka mewujudkan kemerdekaan untuk bangsa Indonesia. Sikap toleransi ini menjadi penting, khususnya pada momen politik seperti pilkada, karena dapat menjadi alat pemersatu bangsa.
Sikap persatuan harus dicontohkan oleh setiap paslon pada kontestasi pilkada nantinya. Karena tanpa adanya toleransi, kehidupan yang penuh dengan kemajemukan dan perbedaan ini tidak akan pernah bersatu.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kemajemukan yang cukup tinggi. Dalam rangka momen politik seperti pilkada, setiap paslon harus senantiasa memberikan statement yang menyejukkan agar momen politik tidak menghasilkan perpecahan. Tujuan utama dari sikap toleransi adalah untuk saling membuat perbedaan menjadi saling melengkapi bukan bersaing. Hal itu dapat terjadi apabila dua kubu yang berbeda memiliki pikiran yang terbuka untuk bersatu dan menggabungkan kekuatan bukannya malah beradu kekuatan.
Apabila kedua kubu tidak ada yang memiliki jalan pikiran seperti itu, maka akan sangat berpotensi melahirkan sebuah perpecahan yang tentu dapat merugikan kedua belah pihak. Oleh sebab itu, setiap kontestan pada ajang pilkada ini tidak boleh mengeluarkan statement yang provokatif agar nuansa persatuan dapat tetap terjaga.
Setiap paslon juga harus mengimbau kepada seluruh basis pendukungnya agar tidak menggunakan politik identitas dalam berkampanye. Sebab menggunakan politik identitas adalah perilaku yang sangat sensitif dan dapat memberikan ruang terhadap perpecahan. (yus)