Jeneponto akan Menjadi Penghasil Benih Padi
axel wiryanto
Monday, 08 April 2024 01:48 am
dibaca 108 kali

JENEPONTO, BKM — Pj Bupati Jeneponto, Junaedi Bakri ingin Jeneponto menjadi daerah penghasil benih padi. Untuk memastikan hal tersebut, Junaedi Bakri langsung mengunjungi tiga lokasi strategis untuk penagkaran benih.
Ketiga lokasi tersebut yakni Desa Tuju, Kecamatan Bangkala, Desa Sapanang Kecamatan Binamu, dan Desa Kalumpang Loe, Kecamatan Arungkeke, Selasa (2/4).

Didampingi sekretaris daerah dan kepala dinas pertanian, serta perwakilan dari Balai Standarisasi Instrumen Pertanian BSIP Kementerian Pertanian.
Peninjauan itu dilakukan untuk memastikan bahwa ke depan ketahanan pangan di Kabupaten Jeneponto aman dan terjaga baik
Juanedi bakri mengungkapkan, bibit padi yang diproduksi di penangkaran itu kualitasnya sangat baik, apalagi jenis varietas yang dikembangkannya juga cukup banyak dan beragam.

Potensi ini akan terus dioptimalkan sampai tingkat offtaker atau pasar dan pemerintah hadir disitu untuk memfasilitasi.
”Karena sebuah produk itu biasanya sangat tergantung dari kualitas bibitnya selain ada juga faktor pupuk.

Nah, semoga ke depannya di Kabupaten Jeneponto, itu semua sudah ada. Tinggal bagaimana membangun ekosistem produksinya,” kata Junaedi Bakri.
Penjabat bupati Jeneponto ini juga meminta OPD (organisasi perangkat daerah) terkait untuk bisa memfasilitasi kelompok tani mandiri itu sampai tingkat pasar yang merupakan ujung dari faktor produksi.
Sasaran tahap pertama, bisa dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan bibit padi di dalam daerah terlebih dahulu.
”Apalagi saat ini isu pangan sudah menjadi isu dunia dan tentunya itu membawa dampak besar terhadap pandangan indonesia di mata  internasional. Saya yakin dan percaya bahwa kabupaten yang kuat pangannya sangat dihormati kabupaten lainnya. Dan kita punya potensi itu,” imbuhnya.

Junaedi menambahkan, pihaknya juga nanti akan minta pelibatan dari balai benih untuk bisa berperan dalam peningkatan kualitas benih bibit padi. Termasuk bagaimana agar para petani tertarik menjadi penangkar benih.
Faktor produksi lainnya yang juga menjadi perhatian khusus dari Edi Bakri, sapaan Junaedi Bakri, adalah perbaikan saluran irigasi. Ini penting dilakukan, mengingat sebagian besar persawahan di Jeneponto merupakan tadah hujan.

Maka dari itu, sumber-sumber air yang ada harus terus ditingkatkan.

”Memang tidak bisa mengairi semuanya. Nanti kita hitung berapa persen yang bisa diairi dari irigasi yang ada. Kita segera menyusun agenda itu ke depan.

Irigasi dan infrastruktur akan kita upayakan dengan baik,” jelasnya
Pj bupati Jeneponto berharap agar nilai tambah bagi petani itu harus ada di kelompok tani. Bukan di perusahaan. Artinya, para penangkar benih padi itu harus dipersiapkan untuk menjual produknya dalam bentuk jadi atau menuju ke arah situ.
Olehnya itu, diharapkan kepala Dinas Pertanian nantinya secara kontinyu dan terstruktur melakukan koordinasi dengan lembaga usaha, baik itu dengan BUMN, BUMD atau mungkin dengan perguruan tinggi dan sebagainya.
”Kita akan mulai kolaborasikan,” ucapnya lagi.
Sebagai informasi tambahan, saat ini jumlah penangkaran benih padi yang ada di Kabupaten Jeneponto saat ini  kurang lebih sekitar 5 hektare yang ada di Dusun Palippiri. Dan kebutuhan benih dalam setahun sekitar 10 ribu ton. Atau dengan kata lain 2/3 kebutuhan dari produksi lokal Jeneponto sudah tercukupi. Terlebih ada tambahan benih dari bantuan pemerintah.
”Kita segera akan membuat proses bisnis benih bibit padi ini. Pada tahapan mana ada nilai tambah di petani. Sehingga selain mereka menerima nilai tambah, stok bibit di dalam daerah aman. Juga, kita bisa memberikan kontribusi kepada nasional,” pungkasnya. (rls)

source