Site icon ROVINDO

H Muh Daud Kahal, Kadis Kominfo dan Persandian Bulukumba

MAKASSAR,BKM.COM–Jika menyebut Kabupaten Bulukumba, yang ada di benak kita adalah destinasi wisata pantai dan pembuatan perahu Pinisi. Tidak heran jika kunjungan wisatawan ke Butta Panrita Lopi ini menunjukkan angka yang fantastis.

”DI tahun 2022, tercatat 680 ribu lebih wisatawan yang datang. Angka tersebut merupakan yang terbesar sepanjang sejarah pariwisata di daerah ini,” ujar Kepala Dinas Komunikasi, Informasi (Kominfo) dan Persandian Bulukumba H Muh Daud Kahal. Ia diwawancarai untuk kanal Youtube Berita Kota Makassar.
Pencapaian yang diraih, diakuinya tidak lepas dari berbagai upaya yang dilakukan selama ini. BKM yang berkunjung ke Bulukumba dan bertemu dengan Bupati Andi Muhtar Ali Yusuf, diresponsnya sebagai bentuk kemitraan yang perlu dibangun secara bersama-sama. ”Sehingga harapan kita Bulukumba bisa dikenal lebih luas dan dipahami sebagai daerah yang mendorong keterbukaan informasi,” terang Daud Kahal.
Menurutnya, Bulukumba merupakan satu-satunya daerah di Sulsel dan empat daerah di Indonesia yang telah memiliki Perda tentang Keterbukaan Informasi. Daerah yang memiliki jumlah penduduk kurang lebih 430 ribu jiwa ini mempunyai potensi yang luar biasa di sektor pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan.
”Salah satu yang menonjol adalah obyek wisata yang telah dikenal secara nasional, bahkan mancanegara. Bulukumba juga dikenal dengan keunggulannya sebagai daerah pembuat perahu Pinisi dan sudah mendapat pengakuan dari Unesco,” ungkap Daud Kahal.
Jika berbicara pariwisata, daerah ini juga unggul. Karena menjadi wilayah prioritas pengembangan pariwisata di Sulsel. Bahkan menjadi penopang dan penunjang daerah wisata Takabonerate di Selayar.
Daud Kahal menyebut, Bulukumba saat ini memiliki lebih dari 100 obyek wisata, berdasarkan Ripparda (Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah). Sektor pariwisata bahkan memberi kontribusi 13 persen terhadap pendapatan asli daerah (PAD) retribusi murni.
Pantai Merpati yang sudah cukup lama menjadi salah satu obyek wisata dan menjadi pisat aktivitas hiburan bagi masyarakat Bulukumba, oleh bupati telah dikembangkan menjadi kawasan pusat kuliner wisata. Bagian dari obyek wisata yang dikelola oleh kabupaten.
”Sekarang sudah dua tahun bupati memprogramkan pengembangan Pantai Merpati sebagai pusat kuliner dan wisata, yang tentunya ke depan akan memiliki daya tarik sangat besar bagi masyarakat, bukan hanya Bulukumba tapi Sulsel secara umum. Bisa menjadi tempat persinggahan bagi wisatawan yang akan berkunjung ke Bira misalnya, atau obyek wisata lain,” jelas Daud Kahal.
Sebelum menjadi Kadis Kominfo dan Persandian sejak tiga bulan lalu, Daud Kahal menjabat sebagai Kadis Pariwisata, Pemuda dan Olahraga. Pencapaian yang pernah diraih sewaktu di Dinas Pariwisata adalah kunjungan terbesar sepanjang sejarah pariwisata Bulukumba, yakni 680 ribu lebih wisatawan yang berkunjung di tahun 2022. Menjadi terbesar kedua di Sulsel setelah Makassar.
Dalam mensosialisasikan destinasi wisata, Diskominfo membangun kemitraan dan menjalin kerja sama dengan media. Selain itu, mendorong kelompok-kelompok pariwisata untuk memublikasikan lewat media sosial seperti Instagram, Facebook, dan yang lainnya. Juga menyelenggarakan pelatihan pengembangan sumber daya manusia. Termasuk mendorong upaya pemasaran obyek wisata.
Tentang jargon bupati dikerja bukan dicerita, Daud Kahal menjelaskan bahwa itu merupakan statement politik yang disampaikan oleh bupati ketika maju sebagai kandidat di Pilkda Bulukumba. Tagline itu memiliki makna yang sangat mendalam, di mana pemerintahan yang akan dibangun kala itu adalah bagaimana mendorong kinerja pemerintahan tidak sebatas dalam konteks wacana, di forum atau di rapat-rapat. Tapi diimplementasikan.
”Orang kadang kurang tepat memaknai konteks dikerja bukan dicerita. Seluruh persoalan itu kan awalnya dicerita dulu. Tapi pada intinya adalah bagaimana agar semua yang dicerita itu bisa dikerjakan dan diimplementasikan,” terangnya.
Bupati juga, lanjut Daud Kahal, menanamkan we love Bulukumba, cinta Bulukumba bagi semua jajaran pemerintah dan masyarakat. Dengan begitu mereka mempunya rasa memiliki untuk terlibat dalam pembangunan.
”Selama ini jika berbicara pariwisata yang dilihat hanya melihat destinasi pariwisatanya. Sementara ada faktor lain yang mendukung untuk mempersiapkan fasilitas pariwisata itu sehingga nyaman dikunjungi wisatawan. Contohnya, ketersediaan rumah makan (restoran), bagaimana infrastrukturnya, atraksi wisatanya,” jelas Daud.
Melalui kolaborasi dengan instansi terkait, dilakukan pembinaan, sinergitas program sehingga apa yang dilakukan bisa menjadi bagian dari kenyamanan atau kesan yang ditimbulkan kepada wisatawan yang berkunjung. ”Berkunjung ke Bulukumba semua bisa merasakan keunggulan yang membedakan dengan daerah lain. Punya kuliner, atraksi, dan obyek wisata yang unggul,” tandasnya. (*/rus)

source

Exit mobile version