Emotional Baggage: Bagaimana Mengelola Luka Masa Lalu untuk Menemukan Jati Diri

DALAM perjalanan hidup setiap hari, biasanya kita akan membawa beban emosional dan pengalaman masa lalu kelam. Hal tersebut tentu akan memengaruhi cara kita berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Analogi saya terkait emotional baggage itu ibarat rantai bola besi di kaki. Trauma dan luka masa lalu yang kelam mengikuti langkah ke mana dan di mana kita berpijak.

Tentu rasanya menyesakkan. Tetapi lebih dari segala hal sesak dan menyakitkan itu sebenarnya untuk menjadi pintu awal yang dibukakan Tuhan untuk pencarian jati diri yang sesungguhnya.

Meskipun memang seseorang yang dalam fase itu tengah merasa kehilangan jati dirinya, bahkan kemungkinan terparah mereka sampai melakukan self injury sebagai kausalitas dari kunkungan hebat yang dialami, membayangkan perjuangan orang-orang yang berada pada fase pengelolaan emotional baggage saja sangat menguras tenaga.

Namun apapun itu, Tuhan hanya sedang menciptakan perjalanan hebat versi dari mereka yang kerennya bukan berperang dengan orang lain, tetapi dengan diri mereka sendiri dan itu adalah perjuangan yang fantastis.

Untuk itu ada beberapa cara untuk mengatasi emosional baggage. Diantaranya refleksi diri, melakukan perubahan pola pikir, pola hidup sehat dan masih banyak lagi.

Sedikit penutup dari persepsi ini untuk terus menemani kelana yang hanya Tuhan bisa menyetopnya. Kita hanya perlu memberi harga mahal pada tiap hal-hal kecil dan sederhana yang ada untuk terus merasa bahagia, karena seringkali alam pikir terlalu kuat memberi sugesti sehingga banyak orang menutup mata akan realitas dan alhasil itu akan hanya mencipta sebuah penyesalan. (jar)

source