Disnakbun Gowa Mulai Fokus Kembangkan Tembakau
axel wiryanto
Sunday, 17 March 2024 22:46 pm
dibaca 76 kali

GOWA, BKM — Tembakau rupanya menjadi tanaman komoditas berkualitas yang bagus dikembangkan. Prospeknya cerah dan bisa membuat petaninya sejahtera.
Pasalnya, untuk satu pedati atau satu tabung bambu berisi tembakau yang sudah siap pakai harganya bisa sampai Rp1 juta. Hal itu dibenarkan Salman, Kasubag Perencanaan Perkebunan Dinas Peternakan Perkebunan Kabupaten Gowa.
Didampingi penyuluh perkebunan Alauddin, Salman menjelaskan, tanaman tembakau saat ini memang prospeknya bagus. Di Kabupaten Gowa penanaman tembakau ini sudah lama dilakukan beberapa kelompok tani di dua kecamatan dataran tinggi.
Yakni Kecamatan Tombolopao dan Tompobulu. Untuk di Tombolopao luasannya sekitar 10,45 hektare dan tersebar di Desa Balassuka, Tabbingjai, Bolaromang dan Mamampang. Sedang di Kecamatan Tompobulu luasannya sekitar 5 hektare itu meliputi Desa Cikoro, Rappolemba dan Malakaji. 
”Kita melihat prospeknya bagus karena itu kita mulai akan fokus pengembangan tembakau ini.

Untuk saat ini baru dua kecamatan dataran tinggi yang punya peluang itu, yakni Tombolopao dan Tompobulu. Tinggimoncong juga memungkinkan, tapi kita baru mau cek kawasan mana yang bisa. Soalnya, untuk penanaman tembakau ini butuh kondisi tanah yang nutrisinya bagus. Apalagi tembakau ini adalah tanam semusim,” kata Salman kepada BKM di kantornya, Kamis siang (14/3).
Artinya, dikembangkan oleh petani karena sesuai kebutuhan dan pasarnya saja. Itu pun pasarnya masih lokal, hasilnya masih sebatas memenuhi kebutuhan hidup petani saja. Tapi jika diseriusi maka bisa menjadi sumber pendapatan petani.
Dijelaskan Salman, pengembangan tembakau di dua kecamatan itu sudah lama. Namun petaninya eksis mengembangkan dengan tujuan untuk pendapatan rumahtangga saja dan penjualannya juga secara lokal. 

”Jadi daun tembakau yang sudah mereka panen atau petik, mereka rajang sendiri (diiris tipis) dengan cara manual. Kemudian dikeringkan dengan cara manual juga yakni dijemur di bawah sinar matahari. Lumayan juga penghasilan petani tembakau ini karena tembakau yang sudah kering siap jual dibeli dengan harga Rp350 ribu awalnya tapi ada juga dibeli seharga Rp1 juta per tabung bambu.

Makanya kami yakin pengembangan tembakau ini prospeknya bagus,” jelas Salman.
Hal senada dijelaskan Kepala Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Gowa, Suhriati. Dikatakan Suhriati, tahun 2022 lalu, Dinas Perkebunan Provinsi Sulsel mulai menyalurkan pupuk untuk tanaman tembakau masyarakat petani di Tombolopao dan Tompobulu. Karena itu, dia pun mengakui pihaknya mulai eksis untuk fokus pengembangan tembakau ini. 
Kalau bantuan provinsi itu berupa pupuk sudah dilakukan sejak tahun 2022. Tapi pengembangan tembakau di dua kecamatan itu sudah lama dilakukan. Namun petaninya baru sekadar untuk pendapatan rumahtangga saja dengan dijual di lokalan saja.

Mereka tanam tembakau dengan cara melakukan penyemaian bibit lebih dulu.

Jadi bibit tembakau ini diambil dari biji bunga tembakau yang disemaikan. Bijinya kecil kayak cengkeh. Setelah bibitnya ditanam, maka tumbuh tanaman tembakau dengan rimbunan daun yang lebar.
”Tinggi tanaman ini hingga lebih 1 meter. Jika daunnya sudah terlihat bagus untuk dipetik maka petani pun panen dengan memetik daun-daunnya. Setelah daun habis, batangnya lalu dicabut dan tanah kembali digemburkan untuk ditanam bibit yang baru lagi.

Masa tanam dilakukan mulai bulan empat (April) dan Desember dan bisa dipanen setelah lima bulan kemudian,” papar Suhriati.
Dikatakan Suhriati, para kelompok petani tembakau ini pernah diarahkan menggunakan bibit tembakau yang berkualitas yakni jenis virginia asal Jawa, namun hal itu belum bisa langsung dilakukan karena butuh eksperimen dulu soalnya tembakau jenis virginia ini butuh keterampilan khusus agar tanamannya berhasil.
Tembakau jenis virginia ini butuh tanah dengan tingkat nutrisi yang bagus.

Makanya petani tembakau mesti dilatih khusus cara tanam tembakau jenis virginia agar berhasil. 
”Panen daun tembakau ini bisa dilakukan lima bulan setelah penanaman. Penanaman dan perawatannya tidak ribet tapi yang terpenting adalah tanahnya mengandung nutrisi yang baik bagi tembakau,” jelas Kadis Peternakan dan Perkebunan ini.
Ditanya berapa persen tingkat kekeringan untuk tembakau ini, Suhriati mengatakan, paling rendah 8 persen dan paling tinggi 10 hingga 12 persen. 
”Tidak boleh di bawah 8 persen, karena bisa lembab daunnya dan tidak boleh juga di atas 12 persen, karena kondisi tembakau itu bisa kembali lembab apalagi saat dalam distribusi ke pasar ,  kondisinya rentang alami lembab dan jamuran. Insya Allah tahun ini kita mulai fokus kembangkan tembakau meski dengan cara pelan-pelan sebab peralatan petani masih manual juga. Ke depannya kita mulai merencanakan memberikan peralatan rajang dari mesin dan peralatan lainnya,” tambah Suhriati. (sar) 

source