MAKASSAR, BKM — Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) menyiapkan layanan di rumah sakit daerah (RSD) bagi calon legislatif (caleg) yang dikhawatirkan mengalami gangguan kejiwaan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi jika caleg tidak terpilih kemudian depresi.
Kadinkes Sulsel Ishaq Iskandar mengatakan, bagi caleg yang nantinya depresi dan stres akibat kalah dalam pemilihan, pihaknya siap memberikan pelayanan di RSD.
“Saya kira semua, termasuk yang dimaksud tadi (caleg gangguan kejiwaan). Kita siapkan pelayanannya untuk yang gangguan jiwa ini. Kan sekarang lagi trend, lagi marak, mulai dari cemas, depresi. Semua penyakit jiwa ini kita siap merawat, siap melayani,” kata Ishaq.
Dijelaskan, kondisi manusia dalam situasi stres akan berimbas pada gangguan kejiwaan, baik yang ringan hingga berat. Konsekwensinya bisa gangguan kejiwaan.
“Ini kan setiap orang pasti merasakan stres. Tekanan inilah kalau kita tidak bisa meredam atau menangani manajemen stres, kita pasti arahnya sakit jiwa. Mungkin ada yang ringan, sedang dan berat,” jelasnya.
Dia menyatakan, menang kalah dalam kontestasi pemilu adalah hal yang wajar. Karena itu termasuk kompetisi, jadi harus dapat mengendalikan diri.
“Intinya, ya pengendalian diri. Itu kan bisa kita tangani. Kalau kita berhasil (terpilih sebagai caleg) berarti takdir, dan gagal juga takdir kita dan harus sabar hadapi semua itu,” bebernya.
Ishaq menyebut, pihaknya mempunyai sejumlah rumah sakit yang dapat menampung dan merawat orang yang mengalami gangguan kejiwaan. Tapi lebih khususnya di RSD Dadi.
“Iya, terutama kita punya rumah sakit khusus di Dadi. Dokter psikiater, ada juga psikolog. Ada rumah sakit lain, juga ada psikiaternya ada psikolog. Tapi yang khusus jiwa lebih ke RS Dadi. Tapi yang lain (RSD lain) juga siap,” tandasnya.
Karena itu ia mengimbau agar sebelum depresi itu makin parah, sebaiknya dapat melakukan pencegahan lebih awal, dengan mendatangai layanan kesehatan yang sudah disiapkan.
“Jadi sebelum parah atau berat harusnya kita sudah ke dokter atau psikolog untuk melakukan upaya pencegahan. Kalau kita sudah keluarkan uneg-uneg atau sudah curhat kepada keluarga, kepada orang-orang terdekat yang bisa kasih selesai enak lagi perasaannya. Apalagi kalau curhat kepada Yang Maha Kuasa pasti ada solusinya,” pungkasnya.
Terpisah, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Sulsel Yusri Yunus, menegaskan bahwa jumlah kasus dengan gangguan kejiwaan berat di Sulsel, tercatat paling tinggi di Kota Makassar dengan 2.165 kasus. Sementara terendah berada di Kabupaten Bantaeng sebanyak 218 kasus.
“Kalau ODGJ berat. Ini sudah pasti ditangani. Kalau gangguan ringan itu data screening saja, tidak bisa dijadikan sebagai golongan penyakit,” ujarnya, Senin (4/12)
.
Data per 27 November 2023, ODGJ di Kabupaten Sinjai sebanyak 733, Pangkep 793,
Luwu 992, Bone 1.802, Soppeng 506, Selayar 234, dan Wajo 974. Sementara di Takalar berjumlah 632, Toraja Utara 568, Maros 751, Sidrap 690, Pinrang 890.
Selanjutnya Kabupaten Enrekang 321,
Tana Toraja 564, Luwu Utara 601, Palopo 435, Gowa 1.524, Jeneponto 649, Barru 306, Kota Parepare 234, Bulukumba 698, dan Kota Makassar 2.165. Luwu Timur 421, serta Bantaeng sebanyak 218. (jun)