Danny Ingin KIM Bergabung
axel wiryanto
Thursday, 11 July 2024 15:23 pm
dibaca 85 kali

MAKASSAR, BKM — Bakal calon gubernur dan wakil gubernur Sulsel Mohammad Ramdhan (Danny) Pomanto berharap partai politik (parpol) yang ada dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) saat pemilihan presiden (pilpres) lalu, dapat bersamanya pada kontestasi pemilihan gubernur (pilgub) Sulsel yang akan dihelat pada 27 November mendatang.
“Koalisi Indonesia Maju itu adalah pemenang. Itu saya bilang berharap koalisi ini karena sebagai pemenang. Membangun Sulsel itu pasti lebih cepat,” ujar Danny Pomanto di kediaman pribadinya Jalan Amirullah, Makassar, Rabu (10/7)
Danny baru saja menjalani uji kepatutan dan kelayakan atau fit and proper tes di Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

“Saya ikut fit oleh ketua ketua DPP. Kemudian saya ketemu sama Ketua Umum PPP Muhammad Mardinono sama Ibu. Saya berharap mudah-mudahan PPP bisa sama kita.

Insyaallah, dalam waktu dekat ada satu partai lagi tinggal proses. Ada satu lagi, kita tunggu tanggal mainnya,” jelas Danny.
Soal pasangan di pilgub nanti, Danny akan memutuskan akhir bulan Juli ini. “Saya berharap pasangan bulan ini. Cuman saya menunggu partai partai besar bisa berkoalisi. Walaupun Insyaallah bulan ini kursi sudah cukup, tapi tetap saya membuka diri. Masih kosong wakil. Untuk berkoalisi dengan partai secara jejaring itu memudahkan kita membangun Sulsel,” terangnya.
Tak hanya PPP, Danny juga yakin bisa bersama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Ia pun mengagendakan untuk kembali bertemu dengan elite PKB. “Oleh PKB saya baru mau ketemu. Tapi partai yang lain saya sudah ketemu DPP dan DPW-nya. Janganmi saya sebut. Tunggu saja tanggal mainnya. Kita sementara potensi minimal tiga, yang penting saya cukup. Kelihatannya bisa empat, bisa malah lima. Tapi kan semua itu tergantung kenyamanan koalisi,” ucapnya.
Menurut Danny, partai koalisi dan pendampingnya terus berproses. Targetnya bulan ini sudah rampung. Ini menjadi pencermatan sebelum mengumumkan sosok pendamping dan partai koalisi.

Diakui Danny, dirinya sudah mengantongi surat tugas dan juga rekomendasi dari parpol sebagai tiket maju di pilgub 2024. Ia menyebutkan sekitar tiga parpol bisa mencukupkan koalisi, yakni di atas 17 kursi.

“Sekitar tiga partailah. Kan penting bisa mencukupkan koalisi nantinya,” tandasnya.
Ia juga merespons mengenai isu Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (AAS) bakal maju di pilgub Sulsel. Danny menilai, AAS merupakan tokoh di Sulsel dan punya kemampuan mengelola pemerintahan.
“Semua berhak maju, beliau juga tokoh, punya kemampuan untuk itu. Beliau juga petarunglah. Enak petarung ketemu petarung. Demokrasi bisa tumbuh sehat,” kata Danny.
Isu yang beredar jika AAS berpeluang menggantikan adiknya, yakni Andi Sudirman Sulaiman (ASS) yang menyandang status petahana. Isu ini semakin menguat, setelah pergerakan ASS mulai meredup, meski belum ada keterangam resmi dari AAS maupun ASS.

Keraguan Nasdem

PARTAI Nasdem yang dipimpin Surya Paloh telah mengusulkan pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur Andi Sudirman Sulaiman (ASS)-Fatmawati Rusdi sejak 26 Mei lalu. Namun hingga kini, Nasdem belum mengeluarkan rekomendasi untuk ASS-Fatma.
Wakil Ketua DPW Nasdem Sulsel Mustaqim Musma menegaskan, surat rekomendasi untuk ASS – Fatma sudah ada dan final.

“Belum diserahkan (pertimbangannya) tidak ada. Memang persoalan waktu penyerahan saja. Karena harus disesuaikan waktunya Pak Sudirman dan Bu Fatma,” singkatnya, belum lama ini.

Direktur Nurani Strategic Dr Nurmal Idrus mengatakan, rekomendasi pasangan ASS-Fatma yang masih tertahan di DPP banyak penyebabnya.

Dia menilai, Nasdem masih ragu-ragu memberikan B1KWK untuk paslon tersebut.
“Jadi kalau konstestasi pilkada atau pilgub memang dinamikanya seperti itu. Kalau elektabiltas tidak meyakinkan rata-rata partai tidak mau mempertaruhkan. Apalagi sampai hari ini tidak ada yang elektabilitasnya menjulang,” jelasnya.
Nurmal menyebutkan, walaupun dalam survei pendahuluan ASS terlihat di atas dibanding calon lain, tapi untuk menang dibutuhkan lebih besar, misalnya kalau petahana di atas 50 persen. “Ini kan tidak ada. Mungkin sisi elektoral membuat Nasdem masih ragu berikan rekomendasi. Jadi dia berkutat di 20 persen sampai 25 persen, atau tidak melewati 30 persen. Sementara di bawahnya juga tipis,” ungkap Nurmal.

Mantan komisioner KPU Kota Makassar itu melanjutkan, yang membuat Nasdem berbeda dengan daerah lain, karena sudah ada beberapa daerah diumumkan oleh Nasdem. ”Mestinya kalau mau fair sebenarnya, harusya sudah selesai karena ada Fatmawati, kader internal, apalagi pengurus DPP Nasdem,” imbuhnya.
Menurutnya, ada keraguan DPP Nasdem melihat pasangan ini, jadi tentu harus menguji lagi ke depan.

Karena secara strategi untuk menaikkan elektabiltas sudah dilakukan oleh dua orang tersebut.
“Andi Sudirman sudah menyebar banyak baliho. Ibu Fatma juga begitu. Tentu ada peningkatan signifikan elektabiltitasnya. Tapi mungkin Nasdem melihat ada masalah kenaikan elektabilitas, maka itu menjadi faktor. Jadi faktor utamanya itu,” sebutnya. (rhm)

source