Site icon ROVINDO

Butuh Energi Ekstra Hadapi Petahana

MAKASSAR, BKM — Tingkat popularitas (pengenalan), akseptabilitas (tingkat kesukaan) hingga elektabilitas atau keterpilihan masih didominasi oleh bakal calon gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman (ASS). Berdasarkan hasil pemetaan lembaga survei Indeks Politica Indonesia (IPI) yang dilakukan 4 hingga 10 Agustus terkait tingkat popularitas, akseptabilitas serta elektabilitas figur yang dinilai memiliki potensi untuk ikut berkompetisi dalam kontestasi pilgub Sulsel.
Direktur Eksekutif IPI Suwadi Idris Amir mengatakan, survei ini juga memotret kecenderungan perilaku pemilih dalam perspektif, gender, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, preferensi agama, afiliasi ormas dan preferensi suku dan lain-lain.

Pengumpulan data survei ini merupakan populasi seluruh warga negara Indonesia di Provinsi Sulsel yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
Penarikan sampel menggunakan metode multistage random sampling. Dalam survei ini jumlah sampel basis sebanyak 1440 orang berasal dari seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan yang terdistribusi secara proporsional.

Metode yang digunakan adalah metode simple random sampling, yang memiliki toleransi kesalahan (margin of error/MoE) sekitar lebih kurang 3,8 persen pada tingkat kepercayaan 95,0 persen.
“Sedang quality control terhadap hasil wawancara, dilakukan secara random sebesar 20 persen dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti,” ujar Suwadi, Senin (12/8).
Survei yang bertajuk “Peluang Menang Calon-calon Gubernur di Provinsi Sulsel” ini ingin memotret sikap dan perilaku calon pemilih di Sulsel untuk mengetahui peta dukungan politik elektoral dan ingin mengetahui faktor-faktor penting apa yang berkaitan dengan pilihan-pilihan tersebut, sekaligus melihat persepsi warga Sulsel terkait isu-isu mutakhir yang mengemuka.
Survei IPI ini juga memotret kecenderungan perilaku pemilih dalam perspektif, gender, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, preferensi agama, afiliasi ormas dan preferensi suku dan lain-lain.

Hasilnya, elektabilitas nama ASS unggul sangat jauh dengan 46 persen. Di tempat kedua Ilham Arief Sirajuddin (IAS) dengan 19 persen, Mohammad Ramdhan (Danny) Pomanto 11,6 persen, Taufan Pawe (TP) 3,3 persen, serta Komjen H. Syarifuddin Kambo 0,2 persen. Sedang responden yang tidak menjawab atau tidak tahu ada 19,8 persen.
Nama ASS pun menjadi top of mind dengan angka 24,8 persen, IAS 11 persen, Danny Pomanto 6,8 persen, Indah Putri 4 persen, Andi Iwan Aras 1,4 persen, Taufan Pawe 0,9 persen dan Mayjen M Bau Sawa Mappanyukki 0,1 persen. Responden yang tidak menjawab 48,3 persen.

Dalam survei terkait popularitas, ASS juga jauh meninggalkan kandidat lain. Popularitas ASS bertengger di 81 persen. Sedang Danny Pomanto 56,5 persen, Fatmawati Rusdi (Fatma) 63 persen, IAS 61 persen, Indah Putri 38 persen, TP 33,7 persen dan Komjen Syarifuddin Kambo 6,8 persen.
Pada tingkat akseptabiltas, ASS kembali unggul jauh dengan 78,9 persen, Fatma 60,8 persen, IAS 56,5 persen dan Danny Pomanto 49,9 persen.
Untuk simulasi tiga nama, ASS tak terkejar dengan 54,6 persen, Danny Pomanto 17,5 persen, Komjen Syarifuddin 1 persen. Sedang yang tidak menjawab/tidak tahu 26,9 persen.
Sementara untuk simulasi dua nama, ASS unggul sangat telak dengan angka 57 persen. Danny Pomanto 19,2 persen dan responden yang tak menjawab sebanyak 23,8 persen.
Pada simulasi tiga pasangan calon, ASS-Fatma unggul 51, 8 persen. Disusul IAS-Tamsil Linrung 16 persen dan Danny Pomanto-Azhar Arsyad 14,6 persen. Responden yang tak menjawab ada 17,6 persen.
Adapun simulasi untuk dua pasangan, ASS-Fatma melejit dengan 59,4 persen. Danny-Azhar 20,1 persen dan responden yang tidak menjawab ada 20,5 persen.
Dari hasil survei IPI, terpotret ASS unggul jauh dibanding kandidat lainnya. IPI memaparkan bahwa tinggi elektabilitas ASS dipengaruhi oleh berbagai faktor. Antara lain selaku petahana, kepuasan publik terhadap kinerja yang dipimpin ASS sebelumnya dan basis suara yang mengakar di seluruh wilayah Sulsel.

Butuh Energi Ekstra

Pengamat psikologi politik dari Universitas Negeri Makassar (UNM) Muhammad Reza, menanggapi hasil survei IPI yang tak jauh berbeda dari survei sebelumnya. “Soal simulasi kotak kosong ASS jauh di atas meninggalkan kotak kosong. Hal ini membuat ASS di atas angin karena jarak yang terlalu jauh. Termasuk marging of error,” ujar Muhammad Reza, Senin (12/8).
Menurut Reza, kalau Danny ingin menang, maka harus menggunakan energi ektra empat kali lipat untuk mengejar ketertinggalan dari ASS. “Percepatan itu bisa dilakukan jika Danny menggunakan variabel yang juga digunakan oleh ASS, setidaknya buat pengenalan dan tingkat kesukaan, bisakah dikapitasisasi untuk menggerakan untuk mengejar ketertinggalan,” ujarnya.
Pengamat Politik Universitas Bosowa (Unibos) Dr Arief Wicaksono, mengatakan Sulsel terlalu kecil dijadikan sebuah provinsi tidak punya gagasan nasional. “Menurut saya politik itu pertarungan gagasan. Ketika tidak ada pertarungan gagasan, maka ini tentu menjadikan kita demokrasi yang sifatnya prematur,” katanya.
Arief berpendapat politik itu pertarungan gagasan. Sulsel adalah provinsi yang sangat kecil dan memiliki pengaruh terhadap politik nasional. “Maka sebaiknya menurut saya kotak kosong itu ditiadakan saja,” tandasnya.

“Politik itu pertempuran gagasan. Berikan jalan kepada kandidat lain, misalnya Danny Pomanto-Azhar untuk maju juga biar menjadi bukti Sulsel ini gudangnya politik gagasan yang mewarnai kebijakan-kebijakan secara nasional,” lanjutnya.
Arief Wicaksono menegaskan, angka-angka statistik yang ditampilkan PT IPI terkait kondisi pilgub Sulsel saat ini harus dimaknai hal yang baik. Jangan selalu dianggap hal negatif bahwa yang satu mendominasi.
“Ini hanya paparan. Hanya ekspresi dari potret yang terjadi di lapangan yang sudah dicapture PT IPI. Andi Sudirman-Fatma kalau jadi, ndak bisa juga jemawa. Pak DP-Azhar tidak bisa juga berkecil hati. Jadi sama-sama punya effort untuk masa depan demokrasi Sulsel yang lebih baik,” tutup Arief.

Dikocok Ulang

Mundurnya Airlangga Hartarto dari jabatan Ketua Umum DPP Partai Golkar membuat rekomendasi usungan di pilkada serentak seluruh wilayah berpotensi dikocok ulang. Termasuk pilgub Sulsel yang sebelumnya diberikan ke pasangan Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi yang menggunakan tagline Andalan Hati
Merespons hal itu, Andalan Hati yakin Golkar tetap mendukungnya. Lagi pula partai politik pengusung tetap mencukupi untuk memenuhi persyaratan pendaftaran di KPU pada 27 hingga 29 Agustus 2024 nanti.

“Bagi Andalan Hati tidak banyak berpengaruh. Syarat dukungan sudah cukup. Kami tetap berharap ada lawan. Lebih banyak lebih baik,” ujar Jubir Andalan Hati, Muhammad Ramli Rahim (MRR).
Menurut MRR, pasangan Andalan Hati sejauh ini telah mengantongi rekomendasi dari sejumlah partai politik pemegang kursi di DPRD Sulsel. Totalnya sebanyak 56 kursi dari tujuh partai politik yang ada.

MRR menyebut, rekomendasi Golkar kepada Andalan Hati kecil kemungkinan bisa berubah siapapun ketum Golkar. Meskipun kepemimpinan baru di partai berlambang beringin itu kemungkinan akan mengevaluasi setiap rekomendasi yang telah diberikan kepada setiap bakal calon kepala daerah di seluruh wilayah, tapi MRR yakin bahwa dengan segala keunggulan Sudirman-Fatma, dukungan Golkar tidak akan berubah.

“Potensi rekomendasi berubah sangat besar. Tanda tangan berubah, maka potensi dukungan berubah juga sangat besar. Tapi saya kira tidak bagi Sudirman-Fatma, Insyaallah aman,” tegasnya.
Sebelumnya, Andalan Hati telah menegaskan sangat siap untuk bertarung di pilgub Sulsel 2024, siapapun rivalnya nanti. Bahkan keduanya tidak menginginkan jika nantinya mereka akan menghadapi kotak kosong.
“Anak Bugis Makassar itu tidak senang bertarung dengan benda mati. Karena itu, Sudirman-Fatma malah akan membuka ruang agar lawannya manusia. Isu kotak kosong itu dari luar Andalan Hati. Tidak ada kamus kotak kosong di sini,” pungkas MRR. (rif)

source

Exit mobile version