JAKARTA, BKM — Resso, platform streaming musik sosial pertama di Indonesia, membuka tahun 2023 dengan mengadakan diskusi tiga-bulanan, Breakfast with Resso (BwR), pada Kamis, 9 Februari 2023.
Kali ini, para pemangku kepentingan yang hadir dari kalangan industri musik membahas peluang, tantangan, dan harapan industri musik tahun ini, sehingga para pelaku industri dapat mengembangkan rencana dan strategi mereka.
Perkembangan pesat era digitalisasi terus membuka pilihan-pilihan baru seperti cara musisi dapat masuk ke dalam industri, bagaimana tren musik dipicu dan berkembang, serta perubahan cara industri ini bekerja.
Pencabutan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) membawa angin segar yang juga membuat industri musik semakin kondusif, ditandai dengan kembali maraknya konser dan pertunjukan musik.
BwR yang sudah diselenggarakan ke delapan kalinya sejak tahun 2021 ini dihadiri oleh David Karto, pendiri Synchronize Festival dan founder label musik Demajors; Arlan Djoewarsa, A&R Manager, Musica Studio; Mahwari Sadewa Jalutama, Country Head of Operations, TikTok; Christo Putra, Head of Music and Artist Operations, SoundOn Indonesia; Indira Rezkisari, jurnalis; dan Matthew Tanaya, Artist Promotions Lead serta Gembira Agam, Artist Promo and Label Partnership, Resso Indonesia sebagai tuan rumah. Pengamat musik Wendi Putranto kembali memoderasi diskusi BwR ini.
Peserta diskusi setuju bahwa setelah beralih sepenuhnya ke ranah digital pada masa pandemi, pelaku industri sekarang perlu mencermati dan beradaptasi kembali dengan keadaan offline sepenuhnya. Banyak hal dan praktik-praktik baru yang harus dipelajari, yang membuat persaingan di industri musik ini menjadi lebih seru.
Menurut Arlan Djoewarsa, A&R Manager dari Musica Studio, ini merupakan angin segar bagi industri, program-program sudah bisa jalan kembali. Mengingat sekarang persaingan sudah semakin ketat, tidak lagi penting apakah artis berasal dari label atau indie.
Jati diri musisi merupakan hal yang sangat menentukan, selain tentunya penerimaan lagu oleh pendengar.
Ia juga menambahkan pentingnya peran TikTok sebagai digital entertainment platform di mana musisi bisa menjangkau pendengar dengan cara yang relevan dan unik, berbeda dari platform media sosial lainnya.
Informasi dan tren yang tersedia di dalam ekosistem memudahkan musisi/label dalam menerapkan strategi bagi musisi. Sebagian karya seorang musisi yang tampil di video di TikTok dapat diapresiasi secara utuh di aplikasi Resso.
Menanggapi peran musik di TikTok, Mahwari Sadewa Jalutama, Country Head of Operations, TikTok Indonesia, menekankan, musik adalah tulang belakang konten di TikTok.
Sebagai penyedia platform konten, tentunya TikTok tergantung pada komunitas kreator. Sehingga TikTok sangat mendukung dan memberi ruang kepada kreator yang ingin mengembangkan karier musiknya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, karya musik Indonesia bisa bersaing di ajang internasional seperti terlihat dari penggunaan lagu-lagu yang sedang populer di Indonesia oleh kreator di luar negeri.
Tama juga berharap TikTok dapat terus berkolaborasi dengan para pelaku industri untuk mengoptimalkan konten musik di TikTok, serta bekerja sama dengan penyelenggara/promotor acara musik di luar TikTok seperti festival musik.
Dari sisi penyelenggara festival musik, David Karto, pendiri Synchronize Festival dan founder label musik Demajors, setuju bahwa dengan adanya platform musik digital, semua jenis musik dan musisi -mainstream atau indie- memiliki akses yang sama dalam meraih pendengar.
”Musik Indonesia sekarang sudah bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Makanya, penting untuk menghadirkan musisi lokal, dan memberi kesempatan prime time bagi artis pendatang baru di acara musik,” ungkap penggagas Synchronize Festival yang konsisten menghadirkan musisi lintas genre dan lintas generasi ini.
David juga mendorong agar kota-kota di luar Jakarta atau Pulau Jawa untuk mengadakan festival atau konser sendiri, agar bisa membangkitkan musisi lokal di kota masing-masing. Ia berharap, dengan hadirnya penikmat musik dari negara tetangga, festival musik Indonesia bisa mendorong berkembangnya music tourism.
Platform streaming musik sebagai cerminan tren di media sosial diangkat oleh Matthew Tanaya, Artist Promotions Lead, Resso Indonesia, yang mengatakan bahwa lagu yang sedang naik daun di TikTok biasanya juga ikut trending di platform streaming.
Bahkan sudah mulai terlihat bahwa lagu yang bisa bersaing di daftar putar trending tidak hanya dari Jakarta atau Jawa saja. ”Ini bisa menjadi peluang bagi label untuk merilis lagu baru dengan variasi yang populer di platform streaming. Label juga dapat membangkitkan kembali lagu-lagu lama yang sedang tren, dengan merilis aransemen baru atau melakukan rekaman ulang,” ujarnya mencontohkan.
Ia juga menambahkan, bagaimana Resso berperan dalam mengangkat artis lokal melalui program Resso Rising, sebagai upaya untuk membantu regenerasi dan membangun karier musisi.
Head of Music and Artist Operations, SoundOn Indonesia, Christo Putra, menambahkan, sebagai platform distribusi musik yang membantu musisi untuk membangun strategi karir, sudah waktunya bagi industri untuk terus terbuka, dan berkolaborasi agar memberi kesempatan bagi lebih banyak musisi. Kami membimbing musisi yang populer di media sosial seperti TikTok untuk membangun karier jangka panjang.
Menurut Christo, terdapat banyak potensi musisi yang berasal dari kota-kota lain di luar Jakarta dan Jawa, dan sudah terbukti mereka bisa sukses juga berkarier di dunia musik.
Jurnalis Indira Rezkisari yang mengamati perubahan perilaku pendengar, berkomentar, pendengar musik Indonesia sekarang lebih berpikiran terbuka atau open-minded dibanding 10 tahun yang lalu. Dulu, penikmat musik masih mengkotak-kotakkan genre musik, sekarang selera musik sangat subjektif, tidak dibatasi genre musiknya.
Ia menambahkan, hal ini bisa saja terjadi karena banyak festival musik yang diselenggarakan meleburkan batasan antar-genre; menghadirkan pertunjukkan musik dengan banyak musisi lintas genre selain dapat mengumpulkan banyak penggemar untuk genre musik tertentu, juga mengajarkan mereka untuk bisa mengapresiasi musik dan musisi dari genre berbeda.
Diskusi Breakfast with Resso kali ini ditutup dengan tiga harapan para peserta untuk industri musik Indonesia di tahun 2023: pertama, bahwa semua pelaku dan pemangku kepentingan di industri dapat terus berkolaborasi untuk membentuk dan memperkuat ekosistem musik Indonesia; kedua, bahwa kerja sama ini bisa terus membangkitkan musisi lokal agar dapat mendukung regenerasi musik Indonesia; dan terakhir, peserta berharap bahwa ekosistem musik yang kuat dapat mendukung musisi lama dan baru, agar dapat menghadirkan banyak acara musik kepada para penikmat musik yang telah menantikannya sejak era pandemi, dan sekaligus mendukung ekonomi kreatif lokal. (ita)
The post Kolaborasi Pelaku Industri untuk Memperkuat Ekosistem Musik Lokal appeared first on Berita Kota Makassar.