Implementasi Filososfi Kepemimpinan Air dan Quo Vadis Kepala Daerah Baru

Oleh: Zainuddin Djaka

ADA prinsip-prinsip pembelajaran bagi pemimpin daerah yang baru dilantik hari Kamis (20 Februari 2025) secara bersamaan oleh Presiden di Istana Negara yang dapat diimplementasikan dari alam ini. Semoga kepercayaan rakyat kepada pemimpin daerah yang baru dimaknai oleh pemimpin daerah sebagai suatu Amanah.

Memahami kekuasaan sebagai Amanah akan memberikan pertanyaan kepada diri “Quo Vadis – mau ke mana dan dibawa kemana daerah yang diamanahkan untuk dipimpin”. Sebagaimana yang menjadi petunjuk Allah dalam Al Quran (Surah 8: Al Anfal:27), “Ya ayyuhal-lazina amanu la takhunullaha war-rasula wa takhunu amanatikum wa antum ta’lamun” yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah
kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati Amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”.

Alam merupakan guru kehidupan buat kita. Mengajari, buat yang mau belajar darinya. Misalkan saja, kita akan ambil contoh dari barang yang paling kita butuhkan dalam hidup kita, yakni air! Filosofi air ini diulas dalam Leadership Lesson from Water: Esensi Kepemimpinan Air.

Saya mencoba mengambil esensi yang perlu dipahami semua Pemimpin, khususnya bagi pemimpin daerah dari kepemimpinan air ini.

Dikatakan, dalam ilmu soal bertahan hidup, manusia mungkin bisa tahan tanpa makanan selama 30 hingga 40 hari. Tapi, tanpa air manusia hanya kira-kira bisa bertahan selama 3 hari saja. Air sangat dibutuhkan selain untuk menjaga temperatur tubuh, juga buat bahan cairan penting bagi sel tubuh. Begitulah pentingnya air dalam tubuh kita.

Selain itu, air pun telah jadi inspirasi yang diajarkan oleh banyak guru dan orang terkenal. Salah satu quote tentang air yang terkenal misalkan dari Bruce Lee, sang maestro bela diri. Ia
mengatakan dengan tenang, “Jadilah seperti air. Air tidak berbentuk. Masuk ke cangkir, ia jadi
cangkir. Masuk ke teko, ia jadi teko. Masuk ke botol, ia jadi botol. Tapi ia bisa mengalir, tapi juga menghancurkan. Jadilah seperti air, kawan“.

Karena itulah, kali ini kita pun akan menggunakan air sebagai bagian dari pembelajaran kita soal kepemimpinan.

1. Tenang.

Secara umum, tanpa gangguan, air itu sifatnya tenang. Sifatnya bukan bergejolak kalau tidak diperlukan. Tampaknya ini perlu jadi pelajaran para pemimpin yang pertama, yakni perlu selalu tenang. Banyak guru kehidupan yang menggunakan air untuk mencerminkan ketenangan dalam bersikap. Jadi pemimpin pun harus setenang air. Kalem. Tidak perlu bergerak, jika tidak
perlu. Karena ketenangan inilah, iapun membuat orang yang melihatnya jadi tenang.

2. Berkorban.

Air adalah pelarut universal. Inilah bahan yang paling sering dipakai untuk mencuci dan membersihkan. Meskipun setelah membersihkan, risikonya adalah air menjadi kotor. Begitulah
risiko yang harus diambil oleh seorang pemimpin. Kadang ia harus menjadi “kotor” mau jadi
tempat sampah, tempat berbagi uneg-uneg untuk membersihkan berbagai hal.

Risikonya memang ia jadi menimbun banyak hal. Tapi dengan demikianlah ia membersihkan organisasi dan tim yang dipimpinnya. Jadi, kadang pemimpin pun harus mau berkorban seperti air, yang mau jadi kotor tetapi tidak menjadi tercemar.

3. Rendah Hati.

Air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah. Ia tidak mencari tempat yang lebih tinggi untuk mengalir. Disini pembelajaran pentingnya adalah soal keinginan untuk tetap rendah hati, merakyat, dan tidak high-profile. Menurut Jim Collins, dalam buku Good to Great, salah satu karakter utama perusahaan yang organisasinya bertahan lama adalah memiliki pemimpin yang rendah hati. Karena itulah, sebagai pemimpin kita bisa belajar dari air yang memiliki sifat merendah ini.

4. Tidak memaksa.

Salah satu sifat air adalah mengalir. Pada saat ia mengalir dan bertemu dengan benda-benda padat, ia tidak berhenti atau stuck (tidak bisa bergerak), ia tetap mengalir. Sebuah prinsip menarik bagai pelajaran disini, yakni tidak memaksakan tapi mengalir dan melewatinya. Pemimpin yang luar biasa, kadang tidak memaksakan. Tapi, ia pengertian dan dengan gigih melewati tantangan di depannya. Ia tidak ngotot dan stuck disitu. Ia melewatinya.

Bayangkanlah, bagaimana sifat ini bisa diterapkan saat seorang pimpinan menghadapi kendala,
saat berhadapan dengan orang yang menentang. Prinsip mengalir mengajari leader bagaimana tetap tenang melewati itu semua.

5. Fleksibel.

Salah satu sifat air yang luar biasa adalah kemampuannya untuk menyesuaikan dengan wadahnya. Seperti dikatakan oleh Bruce Lee, air tak berbentuk tapi mengambil bentuk di mana ia berada. Inilah prinsip fleksibilitas dan menyesuaikan dirinya dari air. Bukan berarti ia tidak bersikap. Isinya tetap air, tapi bentuknya yang menyesuaikan. Sebagai pemimpin pun kadang dibutuhkan fleksibilitas yang tinggi seperti ini.

Dengan begitu organisasi bisa survive mengikuti perubahan yang terjadi. Seringkali hal itu tergantung pada fleksibilitasnya seorang leader.

6. Asas Manfaat.

Air begitu dibutuhkan. Ada begitu banyak manfaat yang diberikan oleh air. Mulai dari saat orang kehausan, untuk mencuci hingga membersihkan kotoran lainnya. Air begitu dibutuhkan. Bahkan umumnya orang bepergian hingga maju ke medan perang pun, air selalu dibawa. Begitu besar manfaatnya. Nah, sebagai leader, prinsip manfaat inipun sangat esensial. Menjadi orang yang selalu diperlukan dan ditunggu kehadirannya. Kenapa? Karena selalu memberikan manfaat dan kelegaan. Bandingkan dengan seorang pemimpin yang justru tidak dibutuhkan dan tidak diperlukan karena tidak ada manfaatnya.

7. Inner power.

Hal yang luar biasa dibalik air yang tenang adalah kemampuannya untuk menghancurkan. Kalau kita perhatikan gelombang air laut atau pada saat banjir besar ataupun tsunami, kita bisa melihat kekuatan air yang sesungguhnya. Jadi dibalik ketenangannya ada kekuatan dan energi luar biasa di dalamnya. Itulah inner power-nya air. Bagi saya, seorang leader tidak perlu terlihat menakutkan atau garang. Bisa tetap tenang, tapi dibaliknya ada kekuatan dan energi yang luar biasa di dalamnya. Semestinya, seorang leader pun seperti itu. Di dalam dirinya harus ada inner power yang luar biasa, pada saat diperlukan.

8. Kegigihan.

Kita seringkali melihat bagaimana tetesan air yang terus menerus mampu membuat batu yang begitu keras jadi berlubang bahkan berlubang. Begitu juga kita melihat hempasan air laut yang membuat karang-karang keras hancur berkeping-keping. Air tidak melakukannya sekaligus tapi perlahan. Ada esensi kegigihan disini. Perlahan, tapi konsistensi inilah yang membuat benda-benda yang dihadapinya, takluk. Itu juga menjadi tanda kegigihan. Bagi seorang leader sifat inipun diperlukan.

Kadang leader bukan hanya menunjukkan kesabarannya, tetapi juga kegigihannya. Justru kesabaran dan kegigihan inilah yang menjadi inspirasi. Bahkan bisa mengalahkan tantangan dan hambatan yang paling sukar sekalipun.

Semoga dari delapan prinsip kepemimpinan air ini kita bisa belajar bagaimana menjadi seorang pemimpin yang lebih inspiratif, lebih berdampak bagi organisasi. Bagi saya, air adalah wujud nyata dari kepimpinan ala servant leadership yang mengajari kita untuk selalu mau melayani. Dan juga contoh kepemimpinan transformatif yang menginspirasi perubahan dengan cara menjadi role model yang baik. Salam Amanah!

Artikel Implementasi Filososfi Kepemimpinan Air dan Quo Vadis Kepala Daerah Baru pertama kali tampil pada Ujung Jari.

Leave a Reply