Muswil VI PAN Sulsel Akan Dengarkan LPJ Ashabul Kahfi

MAKASSAR, BKM–Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Amanat Nasional (PAN) berencana akan menggelar Musyawarah Wilayah (Muswil) VI Maret atau April mendatang.
Wakil Ketua DPW PAN Sulsel, Dr Usman Lonta menjelaskan, Muswil digelar tidak hanya untuk memilih ketua baru, Namun, untuk merumuskan program kerja (Proker) Pengurus DPW PAN Sulsel Periode 2025-2030.

Olehnya, Muswil VI kali ini diharapkan dapat memberikan arahan strategis bagi partai berlambang matahari terbit dalam menghadapi tantangan politik yang semakin dinamis.
“Selain memilih ketua, Muswil juga akan membahas dua agenda besar lainnya, yaitu laporan pertanggungjawaban (LPJ) pengurus periode saat ini (2020-2025),” kata Usman Lonta, Selasa (28/1).
“Kemudian, menyusun program kerja lima tahun ke depan. Jadi ada tiga hal akan dibahas dalam muswil,” tambah Usman.
Usman membeberkan, program kerja lima tahun ini akan menjadi landasan strategis bagi seluruh kader PAN di Sulsel.
Program ini akan mencakup prioritas-prioritas partai dalam rangka memperkuat posisi politik PAN di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Muswil ini juga diharapkan dapat menghasilkan langkah-langkah konkret yang bisa dijalankan di seluruh wilayah Sulsel.
Itu dimulai dari peningkatan kualitas kader hingga penguatan jaringan politik di setiap daerah.
Dengan memperhatikan hasil evaluasi terhadap kinerja pengurus sebelumnya, program lima tahun ke depan akan diorientasikan untuk mengoptimalkan capaian PAN Sulsel dalam Pemilu 2029 mendatang.

Selain membahas program kerja, salah satu momen krusial dalam Muswil VI adalah pemilihan ketua baru DPW PAN Sulsel periode 2025-2030. Saat ini, Ashabul Kahfi telah menakhodai PAN Sulsel selama empat periode.
Usman Lonta menyebutkan bahwa meskipun belum ada keputusan resmi mengenai siapa yang akan menjadi ketua.
Namun proses pemilihan ketua kali ini tidak hanya mengandalkan kekuatan akar di tingkat daerah, tetapi juga memerlukan dukungan dari DPP PAN.
“Jadi semua kader punya hak maju mencalonkan, namun yang pasti adalah calon ketua harus memiliki jaringan kuat di bawah, di tingkat pengurus kabupaten/kota,” ucapnya.
Dan yang lebih penting adalah juga harus memiliki dukungan dari DPP PAN di bawah komando Zulkifli Hasan (Zulhas).
Muswil VI PAN Sulsel kali ini akan berbeda dibandingkan dengan muswil-muswil sebelumnya.

“Muswil sekarang, berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Kandidat tidak hanya harus punya akar yang kuat di daerah, tapi juga harus punya ‘gantungannya’ di DPP PAN,” tambahnya.
Jika figur memiliki kekuatan atau didukung DPD PAN Kabupaten/Kota dan DPP PAN, maka bisa berpeluang memenangkan pertarungan.
“Sejauh ini kita belum tahu arahnya (siapa figur calon), cuma saya dengar-dengar ini di pengurus kabupaten/kota, masih banyak yang kebingungan mencari figur calon Ketua DPW PAN Sulsel,” ujar Usman Lonta.

Mantan Anggota DPRD Sulsel itu juga mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya masih menunggu arahan resmi dari Ashabul Kahfi untuk memulai pembentukan panitia Muswil.
Oleh karena itu, mereka akan membahas persiapan muswil dalam waktu dekat.
“Pekan depan, kami akan menghadap ke Ketua PAN Sulsel untuk membentuk kepanitiaan dan mempersiapkan segala sesuatunya,” tukasnya. (jun/rif)

Chaidir dan Husniah Telanrang Bisa Jadi Ketua DPW

MUSYAWARAH Wilayah (Muswil) Partai Amanat Nasional (PAN) Sulawesi Selatan juga menjadi tempat evaluasi atas penurunan perolehan kursi pada Pemilu Legislatif (Pileg) 14 Februari 2024 lalu.
Pada Pileg 2019 sebelumnya, PAN Sulsel masih mampu mengamankan tujuh kursi di DPRD Sulsel.
Berbeda di Pemilu 2024 lalu, partai berlambang matahari terbit itu hanya memperoleh empat kursi, akbatnya, PAN Sulsel di bawah kepemimpinan Ashabul Kahfi gagal membentuk satu fraksi utuh di DPRD yang memiliki 85 kursi.

Pengamat politik dariUnhas Risal Pauzi menilai kondisi ini menjadi alarm bagi PAN Sulsel untuk segera melakukan evaluasi menyeluruh.
Menurutnya, regenerasi kepemimpinan dan pembenahan internal adalah langkah penting demi menyongsong Pileg 2029.
“Penurunan ini menunjukkan perlunya evaluasi total, terutama dalam hal kelembagaan dan mesin partai,” kata Risal Pauzi, Rabu (29/1).
Risal memaparkan hasil riset yang menunjukkan bahwa konflik di internal partai, khususnya di level kabupaten dan kota, menjadi hambatan utama PAN dalam mendongkrak suara. Ia juga menyoroti kinerja mesin partai yang dinilai tidak optimal.
“Jika dibandingkan, sistem partai politik saat ini jauh lebih sederhana, tetapi konflik internal tetap menjadi kendala. Olehnya, evaluasi kinerja dan capaian partai dalam pemilu harus menjadi prioritas utama,” tegasnya.

Risal juga menekankan perlu regenerasi kepemimpinan di PAN Sulsel, terlebih Ashabul Kahfi telah menakhodai PAN Sulsel selama empat periode.
Menurutnya, sudah saatnya mantan Ketua Komisi VIII DPR RI itu memberikan kesempatan kepada figur baru.
“Kita tidak bisa memungkiri bahwa regenerasi sangat penting. Apalagi sekarang PAN tidak lagi memiliki pimpinan di DPRD Sulsel. Ini menunjukkan perlunya pembaruan di level kepemimpinan wilayah,” ujarnya.

Soal figur yang layak menggantikan Kahfi, Risal menyebut beberapa nama potensial, termasuk kepala daerah dan kader senior PAN.
Misalnya, anggota DPR RI sekaligus mantan Bupati Enrekang dua periode, Muslimin Bando.
Muslimin Bando bukanlah politisi baru di partai besutan Zulkifli Hasan (Zulhas) itu, dia termasuk salah satu sosok pendiri PAN di daerah julukan Bumi Massenrenpulu.
Selanjutnya, Andi Yuliani Paris. Andi Yuliani Paris merupakan anggota DPR RI empat periode serta sosok bupati terpilih juga layak diperhitungkan.
Pertama, Bupati Gowa terpilih Husniah Talenrang. Husniah Talenrang saat ini juga menjabat Ketua DPD PAN Gowa.
Kedua, Bupati Maros terpilih sekaligus Ketua PAN Maros Chaidir Syam.

“Mereka juga memiliki rekam jejak yang layak dipertimbangkan untuk memimpin PAN Sulsel ke depan,” tambah Risali.
Selain itu, Risal juga menyarankan PAN Sulsel untuk mempertimbangkan kader-kader senior yang sudah berpengalaman di parlemen. Namun, ia mengakui bahwa pilihan tersebut semakin terbatas.
Pertimbangannya karena beberapa kader senior seperti Irwandi dan Usman Lonta tidak lagi menduduki kursi legislatif. (jun/rif)

source

Leave a Reply