MAKASSAR, BKM — Saat ini tercatat ada 140.017 anak putus sekolah dan tidak sekolah di yang ada di Sulawesi Selatan. Data itu dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). Mereka kebanyakan berhenti di tingkat SD atau tidak lanjut ke jenjang selanjutnya, yakni SMP.
Kepala Dinas Pendidikan Sulsel Iqbal Nadjamuddin mengatakan, pihaknya sementara melakukan verifikasi di lapangan. Namun, ia tak menampik data itu dari Kemendikbudristek.
“Berdasarkan data Kemendikbudristek, kita di Sulsel kondisi anak putus atau tidak sekolah itu ada sekitar 140 ribu orang. Penyebab anak tidak sekolah ini banyak. Kalau dilihat datanya, pertama anak yang tidak pernah mengenyam pendidikan 106 ribu orang,” sebutnya saat ditemui, di Kantor Disdik Sulsel, Jumat (27/9).
“Kemudian, anak SD lalu berhenti atau tidak lanjut sekolah sebanyak 11 ribu orang. Ada juga yang lulus SD tapi tidak lanjut SMP sebanyak 25 ribu orang, yang lanjut SMP tapi tidak menyelesaikan SMA sebanyak 12 ribu orang. Jika ditotal sebanyak 140 ribuan,” lanjutnya.
Adapun langkah Disdik, kata Iqbal, sementara akan rekonfirmasi data yang diperoleh dari Kemendikbudristek dan akan menyasar seluruh sekolah yang ada di Sulsel.
“Jadi sebenarnya kita mau pastikan di lapangan lewat verifikasi faktual, apakah data dari Kemendikbud benar atau tidak. Kami memberikan tugas ini kepada guru,” ungkapnya.
Disdik juga, ucap Iqbal, akan memberikan beasiswa bagi anak yang kurang mampu, baik dari segi seragamnya ataupun beasiswa berupa uang saku.
Pihaknya akan membuka semacam sekolah terbuka atau SMA terbuka sehingga bisa memudahkan anak SMP yang tidak lanjut untuk bisa masuk SMA.
“Mereka tidak bersekolah secara formal namun secara virtual. Jadi kita mencarikan solusi yang cepat untuk mereka, apapun kondisinya. Tujuannya untuk mengurangi angka anak tidak sekolah dengan memberikan program-program yang menarik untuk mereka bisa bersekolah,” jelas Iqbal.
Sebelumnya, Penjabat Gubernur Sulsel Zudan Arif Fakrulloh meminta, agar Dinas Pendidikan Sulsel dan juga para kepala sekolah memperhatikan anak-anak yang putus sekolah agar bisa kembali bersekolah.
Menurut Zudan, salah satu penyebab angka putus atau tidak sekolah ini semakin meningkat adalah tekanan kemiskinan.
Dengan demikian, Zudan memberikan beasiswa kepada orang yang kurang mampu.
“Termasuk yang tengah berjalan membagi 12 ribu seragam sekolah untuk bantuan bagi yang tidak mampu,” ucapnya.
Selain itu, Zudan mengaku telah menganggarkan dalam APBD Perubahan sebesar Rp10 miliar untuk membantu para anak-anak yang putus sekolah, agar bisa kembali bersekolah.
“Kita juga anggarkan di APBD Perubahan ini Rp10 miliar untuk membantu anak-anak yang putus sekolah agar bisa masuk lagi. Beasiswa. Kan sekolahnya gratis betul. Tapi kan ada yang transportasinya kesulitan. Makanya kita siapkan trans Sulsel misalnya. Atau seragamnya kesulitan, kita siapkan. Saya ingin semua anak di Sulsel itu sekolah,” tutupnya.
Sebagai informasi, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pada Juni 2023 angka putus sekolah tingkat SD di Makassar mencapai 0,13 persen, SMP 1,06 persen.
Lalu SMA 1,38 persen. Angka nominalnya sangat besar karena pada periode yang sama jumlah total murid SD mencapai 24.035.934 orang, SMP 9.970.737 orang, dan SMA 5.317.975 orang.
Sementara Pemkab Bone mencatat, angka putus sekolah di di daerahnya mencapai 12.771 anak. Disdik mendata di tahun 2021 sebanyak 17.771 anak putus sekolah, dan tahun ini tersisa 12.771. (jun)