Ayah Tega Aniaya dan Sekap Balitanya
axel wiryanto
Friday, 09 August 2024 08:21 am
dibaca 68 kali

PINRANG, BKM — Kasus penganiayaan disertai penyekapan terhadap anak di bawah umur yang terjadi di Kabupaten Pinrang, viral dan menyita perhatian publik. Bagaimana tidak, pelaku yang tega melakukan perbuatan tersebut merupakan ayah kandung korban.
Namanya Sandi. Pria berusia 25 tahun ini sampai hati menyakiti buah hatinya sendiri yang baru berusia satu tahun dua bulan.

Ironisnya lagi, dari hasil pemeriksaan polisi, pelaku positif narkoba.
Kapolres Pinrang AKBP Andiko Wicaksono mengatakan, pelaku nekat melakukan penyekapan dan penganiayaan terhadap anaknya yang masih balita karena pengaruh narkotika. Ditambah stres karena ditinggal pergi istrinya dan diancam cerai.

“Pelaku positif zat metamfetamin, saat dilakukan tes urine. Sehingga dengan demikian dapat ditarik kesimpulan pelaku dalam pengaruh narkoba ketika melakukan perbuatannya,” kata Andiko, Rabu (7/8).
Andiko menyebut, korban yang merupakan balita (bawah lima tahun) saat ini dalam pengawasan Polres Pinrang.

Kondisinya sudah stabil setelah disekap selama 16 jam dan dianiaya oleh ayahnya sendiri.
“Alhamdulillah, kondisinya sudah stabil. Saat ini korban dalam pengawasan kami langsung dan sudah ada di tempat yang cukup aman. Kami melakukan interaksi terhadap korban, Alhamdulillah cukup positif dan ceria sebagaimana anak usia satu tahun,” ujarnya.

Andiko menyatakan bahwa ketika dilakukan visum, pihaknya tidak menemukan luka di tubuh korban.

Meski begitu, korban memperlihatkan trauma berat atas peristiwa yang dialaminya.
“Kemarin kami lakukan visum awal, dan Alhamdulillah tidak sampai mengakibatkan bekas luka di tubuhnya. Tapi bukti digital memang berbicara kalau si anak memang menerima kekerasan dan mengalami trauma,” jelasnya.
Polisi pun telah mengamankan sandi. Dari pemeriksaan polisi, terungkap bahwa pelaku tidak hanya menyekap anaknya. Tapi ia juga sempat menggantung putrinya itu dengan tali, dan mengancam akan membunuh anaknya dengan sebilah parang.

Kasat Reskrim Polres Pinrang Iptu Andi Reza Pahlawan mengatakan, motif pelaku melakukan aksi kejinya itu lantaran jengkel terhadap istrinya karena memutuskan untuk pisah ranjang. “Motifnya pelaku kesal kepada istrinya karena pisah ranjang dan diancam cerai,” katanya, Rabu (7/8).
Selain itu, Sandi juga mengaku kesal terhadap mertuanya yang melarang istrinya pulang. Ditambah lagi, dirinya juga sempat mendapatkan informasi bapaknya pernah melakukan percobaan pemerkosaan kepada istrinya.
“Ada semuami, Pak (masalah).

Saya sudah pisah sama istri, mertuaku larang istriku ke rumah,” ungkap Sandi kepada polisi.
“Terus istriku pernah tanya saya kalau dia pernah mau diperkosa sama bapakku, dilecehkan,” lanjutnya.
Sandi menganiaya serta menyekap anaknya di rumahnya di Desa Massulowalie, Kecamatan Mattiro Sompe, Pinrang. Pelaku melakukan penyanderaan mulai pukul 19.00 Wita, Minggu (4/8) hingga 10.00 Wita, Senin (5/8).
“Selama 16 jam dia (pelaku) ini menyandera anaknya. Mulai jam 7 malam sampai 10 pagi,” ungkap Kasat Reskrim Polres Pinrang Iptu Andi Reza.
Andi Reza mengutarakan, selama penyanderaan itu, pihaknya terus melakukan negosiasi kepada pelaku agar melepaskan korban. Namun Sandi bersikeras tidak mau melepaskan anaknya itu.
“Semalaman kami di sana, melakukan negosiasi terhadap pelaku. Tapi pelaku bersikeras. Baru sekitar jam 10 kami bisa amankan pelaku dan menyelamatkan anaknya,” terangnya.
Kapolres Pinrang AKBP Andiko Wicaksono terus memantau perkembangan kondisi bayi korban penganiayaan. “Kami sudah melakukan pendampingan dan memberikan trauma healing agar korban bisa normal hidupnya dan tidak trauma. Kebutuhan permainan anak-anak kami berikan dan kebutuhan gizi, seperti susu dan kelengkapan pakaian juga kita berikan. Kasihan masih balita sudah diperlakukan kasar dan jadi korban pertikaian sama orangtuanya,” ucapnya via telepon selularnya, Rabu (7/8).

”Setiap Hari Saya Dipukul”

Viralnya kasus ini membuat warganet mengecam perbuatan pelaku dan meminta agar Sandi dihukum berat sesuai perbuatan kejianya kepada anak kandungnya sendiri yang masih balita.
Alifa (23), istri Sandi mengaku terpaksa meninggalkan suami dan kedua anaknya lantaran sudah tak tahan dengan perlakuan Sandi yang ringan tangan dan mengonsumsi narkotika.
“Saya sudah tidak tahan lagi, Pak. Dia (Sandi) ringan tangan dan hampir setiap hari pukul saya. Setiap bertengkar selalu ringan tangan dan menganiaya saya.

Makanya saya lari dari rumahnya dan pulangka ke orangtuaku di Soppeng menenangkan diriku,” ungkap Alifa menceritakan kisahnya, Rabu (7/8).
Ia mengaku, sejak menikah Maret 2021 hingga dikaruniai dua anak perempuan, dirinya tak pernah mendapatkan kebahagiaan karena perilaku suaminya yang selalu bersikap kasar. Bahkan, ia tidak pernah diberi nafkah. “Perempuan siapa yang bisa tahan. Tidak pernah dikasih uang belanja dan selalu dikasari. Main pukul terus setiap ada masalah,” ucapnya kesal.
Ditanya soal video ancaman penganiayaan terhadap putrinya, Alifah mengaku sempat luluh dan ingin menuruti kehendak suaminya agar rujuk kembali. “Saya perih dan sedih sekali, anak saya yang masih bayi dianiaya lewat kiriman videonya. Makanya saya luluh ingin pulang ke Pinrang lagi. Tapi kasus ini sudah viral. Makanya saya pilih diam dulu di rumah orang tua di Soppeng,” tandasnya saat dihubungi via selularnya, kemarin. (ady/b)

source