15 Santri dari Dua TPQ di Makassar Jalani Haflatul Imtihan dan Khotmul Qur’an
axel wiryanto
Tuesday, 20 February 2024 03:11 am
dibaca 126 kali

MAKASSAR, BKM — Sebanyak 15 santri dan santriwati dari dua Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) di Makassar menjalani Haflatul Imtihan dan Khotmul Qur’an. Masing-masing 10 orang dari TPQ Al-Fath Toddopuli, dan lima orang dari TPQ Al-Huda Bumi Pesona Pelangi, Minasa Upa.

Kegiatan yang memasuki tahun ketiga pelaksanaannya ini berlangsung di Gedung Balai Diklat Kemenag Sulsel Jalan Sultan Alauddin, Makassar, Ahad, 18 Februari 2024. Mengusung tema; Dengan Mencintai Al-Qur’an Kita Bangun Generasi Qur’ani.

Selain para santri dan santriwati dari dua TPQ tersebut beserta para orangtuanya, acara ini dihadiri langsung ulama kharismatik KH Moh Najih Maimoen dari Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang, Rembang beserta istri.

KH Moh Najih merupakan putra dari KH Maimoen Zubair.

Mereka yang mengikuti haflatul imtihan dan khotmul Qur’na, yakni Muh Rafly Ismail, Izznala Kayyisah Amira, Muhammad Firdaus Firman, Najwa Nurfadhilah, Balqis Naifah Syafiqah. Ada pula Farzan Ahza Argani, Abdusysyakur Achmad, Syazwani Iskandar, Anugerah Andini Putri Rauf, Ira Rifdah Halimah, Ahmad Gandhi Attas, Armelita Nindya Yusran, Muhammad Maulana Syabri, Muhammad Rizqy Rahmatullah, dan Quinzha Latifah Firman.

Kepala Lembaga Qiraati Korcam Makassar Ustaz Sudarto menjelaskan, sebelum haflatul imtihan dan khotmul Qur’an, 15 santri dan santriwati ini telah menjalani tahapan Imtas atau Imtihan Akhir Santri. Imtas merupakan ujian akhir bagi para santri yang telah menyelesaikan pembelajaran qiraati.

”Sebelum masuk Imtas, para santri mengikuti pra-Imtas.

Imtas dilaksanakan secara tertutup. Dan hari ini kita lakukan secara terbuka,” ujar Ustaz Sudarto.

Apa yang disampaikan Ustaz Sudarto, langsung dipraktikkan para santri peserta khotmul. Dengan fasih mereka menghafalkan sejumlah surah secara bersamaan.

Selanjutnya mendemonstrasikan penguasaan tajwid dan gharib. Menurut istilah, gharib adalah bacaan yang tidak biasa di dalam Al-Qur’an karena samar, baik dari segi huruf, lafadz, maupun maknanya.

Para orangtua yang putra putrinya mengikuti khotmul Qur’an kemudian diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepada anak-anaknya. Silih berganti mereka mengacungkan tangan lalu memberi pertanyaan.

Diantaranya seputar tajwid, gharib, sambung ayat, hingga bacaan doa.

Semuanya menjawab dengan baik. Satu persatu orangtua mereka naik ke atas panggung untuk menyerahkan hadiah kepada anaknya. Santri dan santriwati yang dinyatakan lulus kemudian mendapatkan ijazah.

Berbicara di depan para santri dan orangtuanya, KH Moh Najih mengapresiasi pengembangan baca Al-Qur’an dengan metode qiraati.

Ia mengaku mengenal KH Dachlan Salim Zakasyi yang mencetuskan metode qiraati.

”Ustaz Sudarto telah mengembangkan metode qiraati ini di Sulawesi Selatan. Semoga apa yang dilakukan ini bisa semakin menambah kecintaan kita terhadap Al-Qur’an,” kata KH Moh Najih. (*/rus)

source